Selasa, 14 Februari 2012

Kisah Para Rasullll

KISAH PARA RASUL

Kisah Para Rasul merupakan kitab yang memamparkan sejarah agama Kristen mula-mula secara teratur. Kitab ini merupakan kelanjutan Injil Lukas dan kedua kitab tersebut merupakan kesatuan dan ditulis untuk orang yang sama (Teofilus), baik Injil yang menceritakan kehidupan dan pengajaran Yesus, maupun Kisah Para Rasul yang menceritakan bagaimana pekerjaan Yesus yang telah berkembang menjadi gerakan Kristen di seluruh dunia.

1. Penulis dan Penerima

Kisah Para Rasul ini menunjuk dengan bukti yang kuat bahwa penulisnya yaitu Lukas seorang dokter bukan-Yahudi yang menemui Paulus beberapa perjalanan dan ditujukan kepada Teofilus.

  1. Penanggalan

Waktu penulis Kisah Para Rasul ini merupakan persoalan yang lebih controversial dimana banyak pendapat yang sudah ditemukan seperti F.C.Baur menduga Kisah Para Rasul ditulis setelah tahun 100 M. Pandangan ini dipertahankan oleh Prof. John Knox, dari Amerika. Pada pihak ekstrim lainnya, ahli lain berpendapat bahwa Kisah Para Rasul ditulis setelah Paulus tiba di Roma (tahun 62-64) menurut F.F Bruce dan J.A.T. Robinson, atau setelah kematiannya (66-70), menurut T.W.Manson dan ini agak kurang yakin C.S.C.Williams. Pandangan lain yaitu antara enam puluhan dan delapan puluhan abad pertama.

  1. Tujuan

Lukas menulis Kisah Para Rasul ini dengan tujuan utama yakni:

Ø Keyakinan agama Kristen mempunyai kekuatan merombak dunia

Ø Hubungan yang baik dengan Kekaisaran Roma dilain sisi untuk meyakinkan orang-orang Roma bahwa Kristen dapat dipercayai.

Ø Dialamatkan kepada Teofilus supaya ia dapat mengetahui fakta-fakta mengenai kepercayaan orang Kristen.

ROMA

Kota Roma merupakan tujuan akhir Paulus dalam menyebarkan kabar baik tentang Tuhan Yesus di seluruh kekaisaran Roma. Kota Roma sudah di Injili dan memiliki jemaat yang berkembang pesat. Disini Paulus menyatakan kembali injilnya dalam suatu bentuk yang tidak dapat disalah tafsirkan, apakah oleh simpati ataupun lawan sehingga ia memutuskan untuk menyiapkan kunjungannya ke Roma dengan menulis sebuah surat kepada jemaat disana, yang mengandung pernyataan yang disusun secara teratur tentang kepercayaannya.

  1. Penulis

Surat Roma merupakan sebagai suatu ringkasan komprehansif dari seluruh Teologi Paulus, tetapi ini asumsi yang kurang tepat dan tak berfaedah. Paulus menulis surat Roma ni ketimbang sewaktu menulis surat Galatia atau surat Korintus.

Surat Roma ini Paulus membagi dalam tiga bagian yakni:

v Suatu dasar teologis yang panjang, dimulai dengan nats dari nabi Habakuk:”orang yang benar itu akan hidup oleh kepercayaannya” (Hab. 2:4)

v Dalam (Roma 9:11) ia menjelaskan apa yang kelihatan sebagai penolakan Allah atas umat Yahudi tidaklah bertentangan dengan janji-janjiNya dalam Perjanjian Lama maupun dengan keadilanNya. Itu adalah kesalahan Israel sendiri

v Paulus menulis tentang penerapan kebenaran Allah secara praktis dalam kehidupan orang Kristen (Rom. 12:1-15&13). Dan juga ia meringkaskan kewajiban orang Kristen secara keseluruh dengan kata-kata kasih adalah kegenapan hukum taurat (Roma 13:10)

Di dalam surat ini kita menemukan pernyataan yangmatang tentang injil sesuai dengan pengertian Paulus. Paulus yakin injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Roma 1:16).

  1. Tujuan Paulus di Roma

Paulus memandang tugas misionernya ialah mendirikan jemaat Kristen di tempat-tempat strategis di seluruh kekaisaran Roma. Pada tahap ini Paulus telah menyelesikan tugas itu di wilayah kerjanya. Ia telah membentuk jemaat-jemaat yang berkembang pesat disemua pusat penduduk yang utama.

SURAT I KORINTUS

Surat I Korintus mempnyai suatu garis pandangan yang jelas dari mula sampai akhir. Surat ini memang tidak bermaksud memberikan suatu laporan historis tentang kegiatan Paulus sendiri atau tentang keadaan jemaat di Korintus, sehingga rekonstruksi tentang apa yang telah berlangsung harus dilakukan dengan daya khayal kuat.

Pekerjaan-pekerjaan Paulus waktu di Korintus, dan ini banyak para ahli setuju tentang urusannya disana yakni:

I. Berita buruk dari Korintus yaitu selama tiga tahun tinggal di Efesus, Paulus menerima berita buruk mengenai keadaan jemaat di Korintus sehingga ia menulis surat untuk memperingatkan mereka tentang bahaya-bahaya percabulan (I Kor. 5:11 )

II. Paulus menulis surat I Kor. Yaitu anggota-anggota rumah tangga Kloe juga membawa laporan jemaat Korintus terpecah dalam kelompok-kelompok yang berbeda

III. Paulus mengujungi Korintus yaitu setelah ia mendengar dari Timotius yang kembali dari Korintus ke Efesus-bahwa surat-suratnya tidak membawa hasil apa-apa (2 Kor. 2:1,12:14 dan 13:1)

IV. Surat lain yaitu sekembalinya ke Efesus, Paulus mengutus Titus dengan surat yang jauh lebih keras (2 Kor. 2:4)

V. Berita baik dari Korintus yaitu Paulus kemudian berangkat menuju Makedonia, setelah diusir dari Efesus(Kis 20:1) dan juga ia bertemu dengan Titus

VI. Paulus menulis surat 2 Korintus yaitu melaluiTitus, Paulus mengirm ke Korintus sebuah surat yang lebih bernada iba, dan menyatakan sukacitanya yang besar.

Situasi atau gambaran jemaat di Korintus yakni di dalam surat 1 Korintus kita dapat menemukan banyak keterangan tentang situasi jemaat disana. Penyajian Paulus dapat dibagi dalam tiga pokok yaitu:

Ø Hidup di dalam Kristus (1 Kor. 1:10-4:21)

Ø Hidup di dalam dunia (1 Kor. 5:1-11:1)

Ø Hidup di dalam jemaat (1 Kor. 11:2-15:58)

SURAT 2 KORINTUS

Paulus dengan jemaat Korintus ia masih menemukan masalah disana yaitu berkaitan dengan tibanya utusan-utusan rasul sebagaimana mereka menyebut diri mereka dari jemaat di Yerusalem (2Kor. 11:1-15). Paulus sudah menghadapi orang-orang semacam ini sewaktu Ia di Galatia.

  1. Penulis

Surat I Korintus mempunyai suatu garis pandangan yang jelas dari mula sampai akhir. Tetapi surat yang ke 2 ini sering kelihatan seperti bunga rampai dari nasehat-nasehat Paulus tentang berbagai masalah. Beberapa ahli menduga surat ini merupakan kumpulan dari dua atau tiga surat yang mula-mula ditulis secara terpisah, dan pada kemudian hari digabung menjadi satu oleh seorang penyunting.

Paulus menulis surat 2 Korintus ini seperti apa yang dikatakan pada salah satu nats yang paling rumit alam semua suratnya yaitu (2Kor. 5:1-10):

v Ia tetap menentang pandangan orang-orang Korintus (dan para Gnostik) yang menyatakan kebangkitan adalah soal pengalaman rohani dalam batin seseorang

v Ia tetap berpegang pada kepercayaan Yahudi terhadap keberadaan tubuh setelah kematian, dan tidak mengikuti pandangan Yunani tentang adanya roh manusia yang abadi, yang akan hidup terus setelah tubuh binasa.

SURAT GALATIA

Surat Galatia ini Paulus memberikan namanya sendiri: “dari Paulus, seorang rasul”, dan ia menghubungkan dengan suratnya “semua saudara yang ada bersama-sama dengan aku.” Dan kemudian ia menyebutkan orang kepada siapa suratnya dialamatkan, dalam hal ini sekelompok jemaat kepada jemaat di Galatia (Gal. 1:1-2) hal yang penting disini Paulus sama sekali tidak mengucap syukur dalam surat Galatia ini mengenai keadaan rohani pembacanya. Soalnya, tidak ada yang dapat disyukuri. Tetapi ia menyampaikan seruan terakhir dalam tulisa tangannya sendiri.

Catatan itu mengandung keterangan yang menarik bahwa tulisannya sendiri lebih besar dari tulisan sekretarisnya yang telah menulis bagian terbesar surat itu hal ini memberikan dukungan tambahan kepada pendapat bahwa Paulus mungkin kurang baik penglihatannya (Gal. 6:1-17). Dan Paulus menutup suratnya dengan suatu ucapan berkat yang juga merupakan doa bagi pembacanya.

Didalam menyebut alamat surat, Paulus berkata bahwa ia menulis kepada jemaat-jemaat di Galatia dan juga menyebut pembacanya yaitu orang Galatia. Dan ini ditulis kepada orang Galatia Utara antara tahun 56 dan 58 dan pandangan ini dipegang secara luas. Dan ini bukan hanya di Galatia utara tetapi juga wilayah selatan Likaonia (Galatia Selatan) dimana Paulus telah memberitakan Injil dalam perjalanan misionernya yang pertama.

Surat Galatia ini dibagi dalam tiga bagian utama, yang membahas secara berturut-turut tiga ide palsu yang telah dikemukakan oleh orang Kristen Yahudi yang mengujungi jemaat-jemaat di Galatia untuk menyebarkan kekristenan yang bercorak Yahudi yaitu:

v Kewenangan Paulus

v Orang Kristen dan Perjanjian Lama

v Kebebasan dan legalisme

SURAT EFESUS

a. Surat Edaran

Laodikia adalah kota lain dekat Kolose, dan Paulus menghadapi agar jemaat-jemaat tersebut melakukan tukar-menukar surat-suratnya. Banyak alasan untuk menganggap surat tersebut (yang hampr-hampir tidak dapat ditentukan waktu penulisanya) sebagai surat palsu. Ia tidak mengandung teologi, dan terdiri dari sederetan potongan yang diambil dari surat-surat Paulus lainnya, yang digabung secara sembarangan. Para ahli modern percaya bahwa kita sebernarnya memeiliki salinan dari “surat kepada jemaat di Laodikia” yang disinggung Paulus yakni surat dalam perjanjian baru dikenala dengan surat kepada jemaat di Efesus.

Ada tiga hal lain yang memberi kesan Surat Efesus ini yakni:

  • Kata-kata di “Efesus” dalam Efesus 1:1 yaitu sebagai catatan kaki
  • Tidak ada salam pribadi dalam surat ini
  • Marcion, pemimpin bidad palsu menyebut surat Efesus ini sebagai surat kepada jemaat di Laodikia

b. Struktur dan Isi

Dalam surat Efesus, Paulus sekali lagi menekankan posisi sentral Kristus dalam rencana Allah dan dalam kehidupan orang percaya. Beberapa orang yang membaca surat Paulus ini telah diberi tahu sebelumnya oleh Paulus sendiri. Sebab memang hal itu merupakan pelayanan yang khusus untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu (Ef.3:8) dan juga memperlihatkan kekayaan itu dapat diterima dan dinikmati oleh manusia.

c. Penulis

sejumlah alasan lain pernah dikemukakan juga, yang dapat menguatkan pendapat bahwa mungkin Paulus bukan penulisnya yaitu:

· Bahasa

· Gaya bahasa

· Surat Kolose

· Teologi

Ada yang berpendapat Surat Efesus merupakan ringkasan ajaran Paulus, yang ditulis sebagai pengantar terhadap tema-tema utama teologinya, mungkin pada masa surat-suranya dikumpulkan. Namun surat Efesus sebenarnya bukan ringkasan seluruh pengajaran Paulus. Dan juga dikemukakan bahwa Surat Efesus ini dan surat-surat Paulus lainnya menggunakan seorang sekretarisnya.

SURAT FILIPI

Surat Filipi ditulis guna mengucapkan terima kasih atas pemberian yang yang dikirim jemaat Filipi kepada Paulus untuk membantu dia dari segi keuangan sewaktu di Roma. Salah seseorang anggota jemaat Filipi, yang bernama Epafroditus, telah membawa pemberian dari Filipi dan menolong Paulus dalam kunjungannya yang singkat ke Roma. Sebagai besar surat Paulus, yang dikirim ke Filipi melalui Epafroditus, menyangkut soal-soal pribadi berhubungan dengan kemungkinan dia akan dibebaskan, serta pernyataan kasihnya bagi orang-orang Kristen di Filipi. Paulus mengucap syukur kepada Allah karena persekutuan dengan orang-orang Kristen ini (Flp. 1:3-11).

Ambisi Paulus yang utama dalam hidupnya adalah untuk selalu membawa kemuliaan bagi Yesus. Tetapi ada satu hal yang memusingkan Paulus tentang jemaat di Filipi yaitu orang Kristen yang bertikai satu sama lain. Hanya disini dalam surat-suratnya, Paulus memberikan teladan Yesus sebagai pola perilaku orang Kristen (2 Kor. 8:9-10 sangat mirip).

SURAT KOLOSE DAN FILEMON

a. Jemaat di Kolose

Jemaat di Kolose mungkin didirikan oleh Epafras, seorang yang mungkin bertobat melalui pelayanan Paulus di Efesus. Epafras mengujungi Paulus sewaktu ia dipenjarakaan di Roma, dan memberikan kepadanya suatu laporan yang pada umumnya cukup mengembirakan mengenai kondisi jemaat di Kolose. Tetapi ada satu hal yang memprihatikan, yakni merambaknya suatu ajaran palsu yang sekarang ini kita sering disebut sebagai “ajaran palsu Kolose”.

b. Surat Kolose

Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Paulus menghadapi ajaran palsu dengan menekankan sekali lagi bahwa di dalam Kristus orang-orang beriman dapat menemukan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Sama seperti para Gnostik pada kemudian hari, beberapa oang Kolosemengemukakan bawha mereka membutuhkan pengantara-pengantara supernatural lainnya, dan Yesus hanyalah salah satu dari berbagai manifestasi Allah. Hal ini Paulus secara tegas menyatakan “seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia” (Kol. 1:19). Dan melanjutkan dengan mengingatkan para pembacanya bahwa didalam Yesus “berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan Allah” (Kol. 2:9)

c. Surat Filemona

Surat ini merupakan surat yang bersamaan dengann surat Kolose. Paulus jugamengirim surat kepada Filemon, seorang anggota terkemuka jemaat tersebut. Rupanya ia sangat kaya, sebab orang Kristen secara tetap mengadakan pertemuan-pertemuan di rumahnya (ayat 2). Paulus tahu ia bertanggung jawab baik sebagai seorang warga negara maupun sebagai seorang Kristen untuk mengembalikan Onesimus kepada tuannya.

SURAT-SURAT TESALONIKA

Surat Tesalonika ini Paulus menulis guna memberikan mereka semangat menghadapi kesulitan-kesulitan serta bimbingan langsung mengenai masalah-masalah yang mereka hadapi seperti dalam menghadapi serangan-serangan oleh orang-orang Yahudi dan juga adanya kasus percabulan (1 Tes. 1:1-10).

a. Surat 1Tesalonika

Dalam surat 1 Tesalonika ini Paulus mulai dengan memuji para pembacanya karena kesetiaan mereka terhadap Injil. Paulus menceritakan bagaimana Kristus yang bangkit dan hidup itu telah mengubah hidupnya sama sekali, dan ia menantang mereka dengan kenyataan bahwa Kristus dapat melakukan hal yang sama bagi mereka melalui kuasa Roh Kudus. Semuanya itu mereka telah mendapat imbalan yang baik. Sebab orang-orang Tesalonika menerima firman Allah. Dalam jemaat seorang Kristen harus menghormati orang-orang yang bekerja di tengah-tengah mereka dan hidup selalu dalam hubungan damai seorang dengan yang lain. Dan juga berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada mereka juga hubungan mereka dengan Allah.

b. Surat 2 Tesalonika

Paulus menulis surat ini lain lagi dimana dia menulis surat ini untuk membantu mereka menyelesaikan masalah yang muncul karena beberapa orang Kristen Tesalonika menyalahartikan bagian-bagian tertentu dari suratnya yang pertama. Dalam suratnya yang singkat ini Paulus menjelaskan tiga pokok utama yakni:

· Jemaat dan musuh-musuhnya

· Jemaat dan masa depan

· Jemaat dan masyarakat

  1. Penulis

Dalam analisa Suirat 1&2 Tesalonika ini berasunsi bahwa penulisnya yaitu Paulus dan keduanya merupakan tanggapan atas masalah-masalah yang timbul menyusul suratnya yang pertama.

SURAT TIMOTIUS Dan TITUS

Surat-surat Pastoral ini yaitu 1&2 Timotius dan Titus sangat berbeda baik dari segi bahasa maupun isi dari dari surat-surat Paulus lainnya. Mereka menulis dengan maksud memberi nasihat kepada para pemimpin jemaat mula-mula. Baik Timotius dan Titus disebut di tempat lain sebagai teman-teman sekerja Paulus, walaupun mereka juga bekerja secara tersendiri: Titus di Kreta dan Timotius di Efesus.

a. Pokok-pokok utama

Ketiga surat ini sangaat mirip satu sama lain, dan mungkin sekali ditulis kira-kira pada waktu yang sama. Empat pokok utama dikupas didalamnya yaitu:

1) Guru-guru palsu

Timotius dan Titus menghadapi masala-masalah yang sama, dan sedang di bawah tekanan supaya meninggalkan berita Injil seperti yang disampaikan Paulus kepada mereka. Ajaran palsu ini terdiri dari berbagai unsur yang telah kita temukan sebelumnya. Hukum taurat pasti merupakan salah satu unsur, sebab beberapa perusuh dikenal sebagai “orang yang hidup tidak tertip, terutama di antara mereka yang berpegang pada hokum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran” (Tit. 1:10).

2) Iman sejati

Timotius dan Titus diajak agar mengiakan kembali unsur-unsur hakiki iman Kristen. Mereka harus terus menolak gagasan bahwa Allah tidak mempedulikan dunia, tempat kita hidup ini.

3) Perilaku Kristen

Beberapa nats menguraikan secara rinci bagaimana orang Kristen harus bertindak. Hubungan keluarga (1Tim. 6:1-2; Tit. 2:1-5), hubungan dalam jemaat (1 Tim. 5:1-6:2), dan sikap terhadap pemerintahan sekuler(Tit. 3:1-7) semuanya haru smencerminkan aspirasi terbaik bagi dunia purba, “agar Firman Allah jangan di hujat orang” (Tit. 2-5).

4) Kepemimpinan Kristen

Nasihat bagi Titus dan Timotius tentang perilaku mereka sendiri mereka harus menjadi teladan tentang perilaku yang baik bagi semua orang yang mereka layani (1Tim. 6:11-21; Tit. 1:5-9) dan juga mereka mempunyai keberanian untuk membela kebenaran (2 Tim. 2:1-26). Mereka harus juga yakin orang-orang yang mereka angkat untuk memegang jabatan pimpinan dalam jemaat-jemaat, dan mempunyai sifat-sifat yang sama, dan merupakan jenis orang yang dapat dikagumi orang lain (1 Tim. 3:1-13; 4:6-16).

b. Penulis

Surat ini tidak ditulis kepada jemaat-jemaat, melainkan kepada dua orang yang sedang bekerja diantara kelompok orang-orang Kristen mula-mula: Timotius di Efesus dan Titus di Kreta. Surat ini sangat mirip satu sama lain, tetapi sangat berbeda dari surat-surat Paulus lainnya. Perbedaan-perbedaan begitu mencolok sehingga banyak ahli dewasa ini mengatakan Paulus tidak mungkin menulis ketiga surat tersebut.

Dalam menimbang persoalan ini, empat pokok utama perlu diperhatikan tentang kegiatan Paulus:

  1. Paulus dibebaskan setelah pemenjaraan yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
  2. F.C. Baur mengemukakan pendapat surat-surat ini merupakan tulisan-tulisan dari abad kedua.
  3. Ahli-ahli lain yang menyadari kesulitan ini berpendapat bahwa walaupun surat-surat tersebut dalam bentuknya yang kita kenal sekarang ini, ditulis pada abad kedua oleh seseorang yang ingin menegakkan kembali kewenangan Paulus dalam jemaat, di dalamnya terkandung fragmen fragmen yang asli dari Paulus, seperti bagian yang kita kutib diatas. Dr. P.N. Harrisop mengemukakan bahwa lima fragmen tulisan asli Paulus dapat ditemukan dalam surat 2 Timotius dan Titus, dan bagian-bagian itu dimasukkan kedalam karyanya sendirioleh seorang penulis pada abad kedua. Banyak ahli modern menerima pandangan ini.

SURAT IBRANI

Penulis Surat Ibrani sangat yakin bahwa tidak ada artinya orang Kristen mengikuti tuntutan-tuntutan keagamaan hokum Taurat. Pemberitaan Yesus adalah sabda Allah yang terakhir bagi manusia. Bagaimana persinya pemikiran penulis surat ini mungkin tidak akan tertangkap oleh kita. Namun bagi dia inti pokok pembicaraan cukup sederhana: “kita mempunyai Imam Besar yang sedemikian, yangduduk disebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia” (Ibrani 8:1-2).

Semuanya ini merupakan bahan pengajaran yang berat. Tetapi penulis Surat Ibrani merasa yakin bahwa itu bukan sesuatu yang baru, sebab ia melanjutkan dengan mendaftarkan banyak saksi, yang diambil dari perjanjian lamadan sejarah Yahudi, yang dapat menguatkan apa-apa diutarakannya itu melalui pengalaman mereka dengan Allah (Ibrani 11:39-40).

Ø Penulis

Origenes, bapak gereja dari abad ketiga, menulis mengenai surat ini, “hanya Allah yang mengetahui siapa sebenarnya penulis surat ini” (Eusebius, Histori 6.25.14). berbagai tanggal telah dikemukakan, berkisar dari awal tahun 60-an M samp[ai pada akhir abad pertama.

Ø Penerima

Surat Ibrani memberi kesan tidak dialamatkan kepada suatu jemaat secara keseluruhan, melainkan kepada satu kelompok dalam jemaat. Anggota-anggota kelompok itu dikecam karena mereka belum mewujudkan potensi yang diberikan Allah untuk menjadi guru – suatu jabatan yang tidaka diharapkan oleh setiap orang Kristen (Ibrani 5:12-14).Para penerima tinggal di Italia, yaitu dikota Roma. Hal itu jelas dari Ibrani 13:24.

SURAT YAKOBUS

Surat Yakobus menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Yakobus mengambil banyak ilustrasi dari dunia Palestina. Ia mengutuk keserakahan majikan yang tidak mau membayar upah yang wajar kepada buruhnya (Yak. 5:1-6). Surat Yakobus bukan merupakan sajian sistematis, sama seperti khotbah di bukit tidak mempunyai suatu tema yang tetap (Mat. 5-7).

  1. Penulis

Dalam Perjanjian Baru hanya ada dua orang bernama Yakobus yang mungkin mennulis surat ini, yakni Yakobus murid Yesus dan saudara Yohanes, serta Yakobus saudara Yesus. Dari kedua orang ini, kebanyakan ahli memilih Yakobus saudara Yesus, dengan alasan bahwa Yakobus murid Yesus mati syahid pada tahun 44M (Kis. 12:1-3).

  1. Waktu Kepenulisan

sejumlah fakta memberi kesan kuat bahwa surat ini ditulis pada masa awal kehidupan jemaat, dan bukan pada masa berikutnya

SURAT 1 PETRUS

1 Petrus menyampaikan keyakinan yang kuat bahwa orang-orang Kristen sekarang merupakan pengganti-pengganti sejati dari umat Allah pada zaman Perjanjian Lama (1 Pet. 2:9-10).

  1. Penulis

Surat 1 Petrus dikenal dengan bak dan dibaca secara luas di jemaat mula-mula. Surat 1 Clemens mengacu padanya (tahun 96 M), begitu juga Polycarpus (tahun 70-155 M), sedangkan Ireneus menyatakan pada akhir abad kedua bahwa surat tersebut ditulis oleh rasul Petrus sendiri. Surat ini ditulis pada tahap-tahap awal penganiayaan oleh Nero terhadap orang Kristen.

  1. Penerima

Petrus melanjutkan dengannmengingat para pembacanya bahwa sebagai umat Allah mereka mempunyai patokan moral yang lain daripada orang bukan Kristen dan surat in ditunjukkan kepada orang Kristen yaitu mereka sebagai pendatang dan perantau ditengah-tengah dunia ini (1 Pet. 2:11).

SURAT-SURAT YOHANES

Penulis surat 1Yohanes memberitahhukan mengapa suratini ditulis: “semuanya itu kutilsakan kepada kamu, supaya kamu ya gpercaya kepada nama Allah, tahu bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yoh. 5:13). Surat 1 Yohanes ini ditulis kepada orang-orang yang sudah Kristen.

  1. Para penyesat

Orang yang berpandangan serupa juga disebut dalam 2 Timotius 2:17-18. Surat 1 Yohanes memang tidak menngatakan bawha guru-guru palsu ini percaya kebangkitan telah datang dalam pengalaman mistik mereka,tetapi mungkin sekalli mereka berpegang pada pandangan itu.

  1. Dosetisme

Dalam surat 1 Yohanes ada unsure baru. “ Nabi-nabi palsu” yangdisebut di sini mempunyai pengertian yang khusus tentang pribadi Yesus sendiri. Jelas dari apa yang dikatakan olehnya, lawan-lawan Yohanes mennyangkal Yesus sebagai mesias dan Anak Allah (1 Yoh. 1:22-23; 4:2,15; 5:1-5,10-12). Beberapa ahli menganggap Surat 1 Yohanes sebagai jawaban langsung terhadap Cerinthus sendiri. Dia mengatakan “zat ilahi” atau “Kristus” datang kepada manusia Yesus pada waktu baptisan-Nya dan meninggalkan-Nya sebelum penyaliban, dan Surat 1 Yohanes mengandung satu pernyataan yan gdapat dianggap sebagai jawaban terhadap hal itu (1 Yoh. 5:6).

  1. Pemberitaan Surat 1 Yohanes

Penulis Surat 1 Yohanes jelas-jelas tidak menyetujui pandangan orang-orang seperti itu. Ia mengutuki kepercayaan mereka dan menentang kebiasaan mereka dalam setiap bagian suratnya. Ia sepenuhnya menyadari tekanan yang mereka lakukan terhadapa jemaat, dan dia berusaha sungguh-sungguh meyakinkan jemaat bahwa merekalah, dan bukan para penyesat, yang memegang kebenaran.

  1. Ketiga surat Yohanes

Surat 1 Yohanes lepas dari surat-surat Yohanes lainnya dan Injil Yohanes. Surat 2 dan 3 Yohanes berkaitan erat dengan 1 Yohanes, walaupun ketiganya memiliki literature yang berbeda. Berbeda dengan Surat 1 Yohanes, dua surat lainnya merupakan surat-surat pribadi yang singkat. Yang satu dialamatkan kepapda jemaat dan yan glainya kepada seseorang yang bernama Gayus. Penulis menyebut dirinya sebagai penatua.

Dalam surat 2 Yohanes ia memperingatkan para peembacanya supaya waspada terhadap guru-gur penyesat “yang tidak mengaku, bahwa Yesus Ksristus telah datang sebagai manusia” (2 Yoh. 7:11). Dan banyak ahli bahwa surat 2 Yohanes ditulis sebelum 1 Yohanes. Sebab dalam surat 1 Yohanes para penyesat telah dikucilkan dari jemaat (1 Yoh. 2:19). Surat 3 Yohanes memberi nasehat kepada Gayus tentang seseorang bernama Diotrefes yang berusaha menjadi pemimpin jemaat. Kemungkinan besar Surat 3 Yohanes mencerminkan suatu tahap di mana pola-pola baru kepemimpinan jemaat mulai muncul.

SURAT YUDAS dan 2 PETRUS

Pengaruh guru-guru palsu juga merupakan pokok dari dua surat yang paling kurang dikenal dalam Perjanjian Baru: Surat Yudas dan 2 Petrus. Kedua Surat ini jelas harus dikelompokkan bersama, sebab hamper seluruh Surat Yudas (dalam bentuk yang sedikit diubah) terkandung dalam Surat 2 Petrus. Selain itu, kedua surat tersebut tidak memberikan keterangan tentang identitas para pembaca pertamanya.

  1. Ajaran sesat

Cara Surat Yudas dan 2 Petrus menentang guru-guru palsu memberi kesan bahwa keduanya berasal dari keadaan yang sangat mirip dengan keadaan yang ditemukan dalam bagian awal Kitab Wahyu. Istilah gnosis (‘pengetahuan’)tidak benar-benar disebut, melainkan mereka digambarkan sebagai psukhikoi (‘dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan dunia ini; Yud. 19’), dan ini adalah istilah teknis yan gdigunakan oleh kaum Gnostik.

Surat 2 Petrus juga memberi kesan bahwa orang-orang itu menyangkal kedatangan Yesus pada masa depan (2 Pet. 3:1-18). Dan Surat Yudas tidak menguraikan kepercayaan para penyesat itu dengan begitu rinci.

  1. Penulisan

Baik Surat Yudas maupun Surat 2 Petrus tidak mengandung informasi sedikitpun yang dapat mengaitkan keduanya dengan peristiwa-peristiwa atau orang-orang secara khusus dalam jemaat mula-mula. Kita hanya dapat mengerti latar belakangnya dengan berusaha mencocokkannya dengan apa yang kita ketahui tentang perkembangan jemaat-jemaat mula-mula pada umumnya. Dua indikasi memberi kesan bahwa kedua surat ini berasal dari akhir zaman Perjanjian Baru, dan bukan dari zaman para rasul sendiri.

§ Berbeda dengan Paulus (dan surat 1 Yohanes), Surat Yudas tidak berdebat dengan para lawannya

§ Yudas 17 juga memberi isyarat tentang suatu waktu setelah zaman para rasul, ketika penulis berbicara tentang “apa yang dahulu telah dikatakan kepada kamu oleh rasul-rasul Tuhan kita, Yesus Kristus”.

  1. Akhir kata

Perjanjian Baru meringkaskan keyakinan mereka yang paling kokoh dalam ungkapan yang termasuk di antara yang paling mengharukan dalam seluruh Alkitab: Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruslamat kita oleh Yesus Kristus Tuhan kita.

KITAB WAHYU

  1. Kitab-kitab apokaliptik

Pada masa antara tahun 100sM-100 M, banyak penulis Yahudi mengemukakan pemecahan terhadapa masalah-masalah tersebut. Penulis telah mengemukakan hal ini di dalam pembahasan pengajaran Yesus. Kitab-kitab tersebut memiliki sejumlah ciri-ciri khusus.

· Kitab-kitab apokaliptik hampir selalu bersikap pesimis tentang dunia dan sejarahnya.

· Perhatian para penulis apokaliptik terhadap dunia surgawi menyebabkan penekanan terhadap hal-hal seperti mimpi, penglihatan, dan pemberitaan malaikat-malaikat.

· Bersamaan dengan itu, mereka memakai suatu bentuk sastra yang khusus.

· Kitab-kitab apokaliptik biasanya ditulis dengan memakai nama seorang tokoh besar dari masa lampau seperti Nama Henokh, Nuh, Adam, Musa, Ezra dan berbagai tokoh Perjanjian Lama dipakai dalam penulisan karya-karya apokaliptik.

  1. Kitab Wahyu dan apokaliptik

Jika kita meninjau Kitab Wahyu secqara sekasama,jelas terlihat bahwapenulisannya berpegang pada penekanan kristiani yang positif tentang keterlibatan Allah dalam urusan-urusan manusia. Walaupun bahasa dan gambar-gambar yang digunakannya berbentuk apokaliptik, pemberitaannya mempunyai penekanan yang sifatnya khusus kristiani.

Ø Berbeda dengan kitab apokaliptik lainnya, Kitab Wahyu menyebut baik penulis maupun pembacanya

Ø Kitab Wahyu mirip dengan tulisan-tulisan Yahudi dan Yohanes selalu dikaitkan secara erat dengan pengalaman tentang kehidupan dalam jemaat

Ø Kitab Wahyu mengharapkan campur tangan Allah pada masa depan dalam urusan-urusan dunia ini.

Para penulis apokaliptik menolak pandangan itu, sebab mereka tidak menemukan artinya dalam pengalaman mereka saat itu. Oleh sebab itu Kitab Wahyu tidak mengikuti begitu saja pola kitab-kitab apokaliptik Yahudi, melainkan menyajikan suatu penjelasan Kristen yang khusus dan positif mengenai kehadiran kejahatan dalam kehidupa manusia.

  1. Penulisan

Sebagaimana kita ketahui, bahwa penulis Kitab Wahyu adalah seseorang yang bernama Yohanes. Yustinus Martir menyatakan bahwa Yohanes inilah “”salah seorang Rasul Kristus.

  1. Pemberitaan Kiatb Wahyu

Yohanes mengatakan bahwa isi surat telah diberikan kepadanya dalam suatu penglhatan, sama seperti sisa kitabnya. Telah banyak usaha dilakukan untuk menyusun penglihatan-penglihatan dalamkitab wahyu ke dalam semacam ringkasan garis besar. Salah satu usul yang paling menarik dikemukakan oleh ahli Jerman, Ernst Lohmeyer. Menurut dia, kecuali bagian awal dan akhir, seluruh kitab disusun dengan pola tujuh bagian besar, masing-masing dengan angka tujuh di dalamnya.

Ø Tujuh meterai (Wah. 6:1-8:1);

Ø Tujuh sangkakala (Wah. 8:2-11:19);

Ø Tujuh penglihatan tentang ular naga dan kerajaan (Wah. 12-13);

Ø Tujuh penglihatan tentang Anak Domba Allah (Wah. 14);

Ø Tujuh cawan murka Allah terhadap kejahatan (Wah. 15-1);

Ø Tujuh penglihatan tentang jatuhnya “Babel” (Wah. 17-19:10);

Ø Tujuh penglihatan tentang akhir zaman (Wah. 19:11-21:4).

Penglihatan-penglihatan ini menggambarkan secara sangat mengesankan bagaimana Allah pada akhirnya akan mengalahkan kuasa jahat.jdjgdfjg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar