Selasa, 14 Februari 2012

POKOK ANGGUR YANG BENAR

BAB I

POKOK ANGGUR YANG BENAR

Dalam surat Yohanes 10 Tuhan Yesus menyatakan diri, “Akulah Pintu” dan “Akulah Gembala yang baik” tetapi Yohanes 15:1dan 8 mempunyai istilah yang penting sekali, yang saling mengisi dan menjelaskan satu dengan yang lain. Ayat 1 mengatakan tentang “yang benar” yaitu kualitas kesejatian. Sedangkan ayat 8 menyebutkan “banyak” yaitu jumlah atau kuantitas. Kualitas dan kuantitas saling melengkapi.

Yesus mengatakan, “Akulah pokok anggur yang sejati” dan” Kamu harus berbuah banyak”. Gereja selalu menjadi timpang dan tidak seimbang karena hanya menekankan salah satu aspek saja entah itu dan kualitas atau kuantitas.

Istilah aku adalah, yang diucapkan Yesus selalu merupakan suatu pengenalan diri kristus dalam satu esensi Illahi yang sejati dan kekal. Dalam Kel. 2:14, Tuhan berfirman kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Allah menyatakan dengan tuntas, I AM THAT I AM, Ia adalah Allah yang tidak berubah.

Yesus mengatakan, “Aku adalah pokok anggur yang sejati.” Istilah ini adalah menunjukkan fakta, bukan hanya teori: menyatakan Hidup, Kelakuan, bukan mimpi, dan memuliakan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Alkitab mengatakan bahwa iman yangb sejati dibangun diatas Alkitab. Jika kita tidak berubah, maka alternatif.

BAB II

RAHASIA HIDUP BERBUAH

Berbuah merupakan suatu tanda. Ini merupakan suatu tanda perbedaaan antara ciptaan Allah dan buatan tangan manusia. Disini adalah satu kehendak Tuhan yaitu agar kita menjadi orang Kristen yang berbuah karena buah merupakan Tanda kehidupan, Tanda pertumbuhan, Tanda kematangan, Tanda dari jenis, Tanda derajat hidup yang baru. Sebagai mana kita seorang Kristen kita harus berdoa supaya kita dapat digarap oleh Tuhan sehingga bertumbuh, betul-betul mengerti dan betul-betul menghaasilkan buah secara alamiah seperti apa yang diinginkan oleh Tuhan Yesus. Pada surat Yohanes 15 memiliki tempat tersendiri, karna didalamnya mengajar bahwa hidup yang berbuah yaitu hidup sesudah di penuhi Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus kita tidak bisa hidup suci,dan kita harus memiliki buah yang sungguh-sungguh, kuasa dan pelengkapan untuk berani memberitakan Injil. Tuhan Yesus mengajak kita tentang prinsip bagaimana berbuah seperti senantiasa berada dalam Tuhan, Suci dalam Firman, pemotongan dan pembersihan daun.

BAB III

BUAH-BUAH ORANG KRISTEN

Sebagai Orang beriman kepada Yesus Kristus harus menjalankan yang namanya kelakuan baik. Sehngga Alkitab memberikan pengajaran akan hidup berbuah yang sempurna dan limmpah adanya seeperti buah pertobatan maka buah pertobatan menumbuhkan Iman, Menggerakan Emosi, Menaklukan Diri kepada kebenara Firman Tuhan. Dan Buah pengudusan, Buah Terang, Buah Kebenaran, atau Keadilan Buah bibir, dan Buah sejahtra harus taat pada ajaran-ajaran Tuhan dan juga atas Displin Tuhan.

Orang Kristen yang tidak mau didisplin oleh Tuhan, tak mungkin menjadi orang kristenyang baik. Jangan kira setelah menjadi orang Kristen, anda boleh leluasan berbuat dosa. Orang yang melarikan diri dari displin Tuhan, bahkan mau mencari gereja yang menyenangkan diri dan tidak menerapkan disiplin, tak ada kemungkinan bertumbuh dalam kerohaniannya.

Prinsip Alkitab mengatakan supaya kita menerima ajaran dan menanggung hukuman. Para hamba Tuhan yang melayani dalam khotbah harus memberi keseimbangan antara pengajaran tentang kasih Allah dan pengajaran tentang hukuman Allah, jangan mengkhotbahkan hal yang satu dan meninggalkan yang lainnya. Setelah ajaran dari Tuhan anda terima, maka anda akan mempunyai kestabilan.

BAB IV

SIFAT DAN KARYA ROH KUDUS

Setiap buah mengandung benih, dan didalam benih mengandung hidup yang baru berbuah lagi.Orang yang bijksana adalah orang yang selalu berinisiatif dalam segala hal segala yang bijak dan bermoral. Yesus Kristus adalah sumberdari pemilihan atas. Umat yang diselamatkan, Kristus adalah sumber dari anugrah: Allah berkata “Aku akan memilih siapa yang kupilih dan aku akan memberikan anugrah, dan berbeda kasihan kepada siapa aku berbelas kasihan.” Kiita dipilih Tuhan supaya dikirim pergi, dan menghasilkan buah. Tuhan Yesus mengharapkan kita agar berbuah bukan dalam hal buah kedagingan seperti yang dikatakan dalam Alkitab yakni Percabulan, Kecemaran, Hawa Nafsu, Penyembahan Berhala, Sihir, Perseteruan, Perselisihan, Iri hati, Amarah, Kepentingan diri sendiri, Percideraan, Roh pemecah, Kedengkian, Kemabukan, Pesta Pora dan sebagainya.

Tuhan Berfirman dalam (Galatia 5:9-20). Barang siapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.Tetapi yang sebenarnya Tuhan Yesus mengharapkan kita agar berbuh Roh.

Segala kelembutan, suka cita, Kedamaian, dan cinta kasih disebut sebagai buah roh kudus dan bukan buah manusia. Kita sebagi orang Kristen kita harus melaksanakan kewajib yang ditetapkan bagi kita masing-masing setelah kita melaksanakan dan menjalankan Tanggung jawab kita tersebut dan kerjakan, maka seharusnya kita mengetahui bahwa itu berasal dari Anugrah Tuhan.

Buah Roh Kudus hanya satu, tetapi memiliki Sembilan Macam rasa. Artinya bahwa buah Roh Kudus berasal dari dalam dan tidak ditambah dari luar. Yang dari dalam berasal dari pengaliran Hidup, tetapi yang dari luar adalah Tambahan. Berbuah berarti mengeluarkan satu hidup yang mengandung banyak macam sifat yang bijak. Sifat rendah hati orang Kristen seharusnya berbeda dengan orang-orang moralis. Segala moral dan kebajikan yang berasal dari Alkitab tidak bisa ditiru dan dipalsukan.

Ketaatan yang menghasilkan perubahan dan taat kepada Roh Kudus, barulah kita dapat mengalami hidup yang semaksimal mungkin.Roh Kudus berbuah melalui ketaatan. Buah Roh Kudus berbeda dengan buah Kebudayaan. Buah Kebudayaan adalah akibat dari perubahan moral yang di pelajari dari luar diri manusia. Barangsiapa mempunyai Buah Roh Kudus akan bebas keseluruh dunia.

BAB V

BUAH ROH KUDUS

Disini kita dapat melihat tentang buah-buah Roh Kudus seperti:

1. Kasih, merupakan kata yang paling penting dan mendasar. Sifat Ilahi akan memancar dari seseorang yang taat kepada roh kudus.Allah yang mewahyukan Alkitab adalah kasih.Buah Roh kudus yang pertama dinyatakan melalui kasih, kasih yang bukan hanya teori dan perkataan belaka, tetapi nyata dalam tindakan. Jika ada cinta kasih dalam hati kita hendaklah itu bukan menjadi satu modal untuk mencari keuntungan.

2. Sukacita, Alkitab sering memakai sukacita, tetapi bukan bersenang-senang. Senang hna kesenangan yang menempel dari luar, tetapi sukacita berasal dari hati yang memanar keluar.Pada waktu hidup kita dikoreksi dan diperbaharui oleh Tuhan, kita merasa tidak enak dan tidak bebas. Tetapi disiplin Tuhan mengakibatkan kita mengalami sukacita yang sungguh-sungguh yang penting adalah ketaatan.

3. Damai Sejahtra, Damai sejahtra yang sesungguhnya tidak dipengaruhi oleh ancaman dan kesulitan apapun dari luar.

4. Kesabaran, Kesabaran memiliki arti yang lebih dalam lagi, yaitu ketekunan yang melihat dengan pengharapan sehingga bias menerima sesuatu pada pada saaat yang sulit.

5. Kemurahan, Kemurahan merupakan sesuatu yang berharga tinggi tetapi rela diberikan kepada orang lain. Kemurahan yang dianggap murah berarti sudah berubah dari konsep aslinya.

6. Kebaikan, Kebaikan yang sejati adalah kebaikan yang tidak menghiraukan pamrih ataupun balasan. Kebaikan yang sejati mengalir dari motifasi yang suci, yang rela mengorbankan diri sendiri sehingga membangun orang lain.

7. Kesetian, adalah satu kesungguhan untuk tetap jujur dan teus menerus bertanggung jawab dihadapan kebenaran, berpegang pada kebenaran.

8. Kelemah Lembutan, Lemah berarti tidak mempunyai kekuatan tapi lembut berarti mempunyai kekuatan untuk menaklukkan diri kepada pimpinan Tuhan.

9. Penguasaan Diri, Berarti Roh Kudus memimpin sehingga kita biasa digerakkan, dicerahkan dan diurapi-Nya.Ini berarti suatu hal yang paling tinggi.

BAB VI

BUAH INJIL

Buah Injil adalah membawa orang lain pada Tuhan. Injil itu berbuah dan berkembang diserluruh dunia, demikian juga diantara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenalnya kasih karunia Allah dengan sebenarnya (Kol 1:6b)

Hidup dan hidup yang berkelimpahan adalah dua hal yang berbeda. Jika kita memiliki hidup yang berkelimpahan, maka bukan saja kita dapat menjaga diri, tetapi juga mempunhyai kekuatan lebih untuk melayani orang lain dan kerelaan untuk melayani. Hidup berkelimpahan dapat dilihat pada orang Kristen yang segala pekerjaan beres, melayani dengan giat, berdoa untuk orang lain.

Sebagai kita orang Kristen kita harus hidup pada Tuhan, hidup bagi orang lain, hidup dengan membagi-bagikan diri dan mengorbankan diri untuk kebaikan orang lain. Tanpa kuasa roh kudus tidak ada seorangpun yang dapat berhasil menjadi saksi kristus. Seseorang mengejar sesuatu karena bernilai dan dengan hati yang serius supaya kita jangan binasa dan harus kita cinta pada Tuhan karena itulah yang mendorong kita.

Pentingnya Pikiran

Bab 1

Pentingnya Pikiran

Dalam kehidupan sehari-hari bahwa semakin lama kita melayani Tuhan dan mempelajari firman-Nya, kita akan semakin mengerti tentang pentingnya pikiran dan perkataan. Selama kita di bumi ini kita perlu mempelajari segi-segi pikiran dan perkataan. Betapapun banyaknya segi-segi yang kita ketahui, selalu ada hal-hal baru untuk dipelajari, dan hal-hal yang telah kita pelajari sebelumnya perlu disegarkan kembali. Arti sesungguhnya dari Amsal 23:7 menurut Alkitab King James Version (KJV) berbunyi, sebagaimana dia seorang manusia berpikir dalam hatinya, demikianlah dia… Terjemahan lain menyatakan “sebagaimana” seorang manusia berpikir dalam hatinya, demikianlah jadinya.” Pikiran adalah pemimpin atau pelopor dari semua tindakan. Roma 8:5 menerangkannya dengan jelas: karena mereka yang menuruti daging dan dikendalaikan oleh hasratnya yang najis menetapakan “pikiran” mereka dan mengejar hal-hal yang memuaskan daging, tetapi mereka yang menuruti Roh dan dikendalikan hasrat dari Roh menetapkan pikiran mereka dan mencari hal-hal yang memuaskan Roh Kudus.

Pikiran adalah medan peperangan. Sangatlah penting agar kita mengatur pikiran kita sesuai dengan pikiran Tuhan. Proses ini akan membutuhkan waktu dan penyelidikan. Kita jangan menyerah, karena sedikit demi sedikit kita akan berubah. Semakin giat kita mengubah pikiran menuju perbaikan , maka kehidupan kita akan berubah menjadi lebih baik. Bila kita mulai memahami rencana Tuhan yang baik bagi kita dalam pemikiran kita, maka kita akan memulai berjalan di dalam rencana itu.

Pikiran Adalah Medan Perang

Dalam Efesus 6:12, kita melihat bahwa kita berada dalam medan perang. Peperangan kita bukanlah melawan manusia, melainkan melawan iblis dan roh-roh jahat. Musuh kita adalah iblis yang berusaha untuk mengalahkan kita dengan siasat dan tipu daya, melalaui rencana yang diatur rapi dan tipuan yang dipikirkan dengan matang. Iblis adalah pendusta. Yesus menyebut dia “bapa segala dusta dan dari semua yang palsu” (Yoh 8:44). Dia memberi tahu kita hal-hal tentang diri kita, tentang orang lain dan tentang keadaan yang tidak benar.

Iblis mulai menyerang pikiran kita dari pola yang licik dan gagasan, kecurigaan, kebimbangan, ketakutan, rasa ingin tahu, penalaran dan teori kecil yang terus-menerus mendesak. Ingat, dia mempunyai siasat untuk mengalahkan kita dan juga dia tahu siapa kita. Iblis tahu apa yang kita sukai dan yang tidak kita sukai. Dia tahu kegelisaan kita, kelemahan, ketakutan kita dan juga dia tahu hal yang paling mengganggu kita. Dia bersedia meluangkan berapa pun lamanya waktu yang diperlukan untuk mengalahkan kita.

Meruntuhkan Benteng-Benteng

Surat rasul Paulus dalam 2 Kor 10: 4,5, memberi tahu kita bahwa kita mempunyai senjata yang kita butuhkan untuk mengalahkan benteng-benteng iblis. Dalam hal ini kita harus lebih banyak belajar tentang senjata ini karena kita terlibat dalan peperangan, yaitu peperangan rohani. Ayat 5 dengan jelas menunjukkan letak medan perang tempat peperangan ini berkecamuk. Iblis berbantah dengan kita, dia menawarkan sejumlah teori dan alasan-alasan. Jadi, sejauh ini kita melihat bahwa:

Kita terlibat dalam perang, musuh kita adalah iblis, pikiran kita adalah medan peperangan, iblis bekerja keras untuk mendirikan benteng dalam pikiran kita, ia melakukannya melalui siasat dan tipu daya, dia tidak tergesa-gesa, dia melakukan waktu unutk menggarap rencananya, saat ini kita bisa melihat bagaimana pekerjaan iblis dalam sebuah perumpamaan di pihak Marry dan pihak John.

ü Pihak Marry

Marry adalah istri John, mereka berdua ini selalu dalam keadaan marah, pahit dan benci. Masalah Marry terhadap suaminya yaitu dia tidak memahami cara mempersilahkan John menjadi kepala rumah tangga. Marry ini suka duduk di tempat pimpinan, dia ingin mengambil segala keputusan, menangani keuangan dan mendisiplin anak-anak. Dia ingin bekerja supaya dapat mempunyai uang sendiri. Dia bersikap bebas, lantang, suka menuntut dan merengek. Marry ini sudah lama mengenal Yesus tetapi dia sadar bahwa suatu tindakannya itu keliru. Marry tidak dapat mengendalikan tindakannya karena dia tdak dapat mengendalikan pikirannya karena ada benteng-benteng dalam pikirannya yang telah didirikan oleh iblis sejak dini dalam hidupnya.

Di sini Yesus memberi tahu kita cara meraih kemenangan atas dusta iblis. Kita harus memperoleh pengetahuan dari kebenaran Allah dalam diri kita, membarui pikiran kita dengan firman-Nya kemudian menggunakan senjata dari 2 Kor 810:4-5 untuk meruntuhkan benteng-benteng dan setiap kesombongan dan keangkuhan yang meninggikan diri melawan pengenalan akan Allah. Dalam kehidupan kita yang kita andalkan adalah “senjata” yaitu firman Tuhan seperti yang tertulis dalam Matius 4:24 dan juga dua senjata lain yang tersedia bagi kita adalah puji-pujian dan doa.

ü Pihak John

Kisah ini melibatkan juga John, di mana seharusnya John ini menempatkan dirinya sebagai kepala rumah tangga. Allah bermaksud agar dia menjadi imam dari rumah tangganya, tetapi malahan John menyembunyikan diri dari tanggung jawabnya karena dia menghindari yang namanya suatu perlawanan (konfrontasi). John seharusnya melakukan banyak hal, tetapi seperti Marry, dia juga mempunyai gaya berpikir yang membuka pintu bagi iblis untuk menawan dia.

Perselihan tidak selalu berupa perang terbuka. Sering kali perselisihan merupakan kemarahan yang terpendam dalam rumah tangga, dan orang-orang yang mengetahuinya, tetapi tak seorang pun menanggulanginya. Suasana dalam rumah tangga mereka mencekam dan iblis sangat menyukainya. John dan Marry ini merupakan orang Kristen yang sunggguh memalukan untuk melihat pernikahan mereka gagal dan keluarga merekapun hancur. Yoh 8:31-32 menjadi ayat kunci dalam keputusan mereka. Jika mereka mempelajari firman Allah, mereka akan mengetahui kebenaran, dan jika mereka bertindak sesuai dengan kebenaran itu akan memerdekakan mereka. Satu hal yang perlu kita pegang bahwa Allah tidak akan menelantarkan kita dan meninggalkan kita dalam keadaan tidak berdaya. Kitab 1 Kor 10:13 menjanjikan kepada kita bahwa Allah takkan mengizinkan kita dicobai melampaui daya tahan kita, melainkan dalam setiap pencobaan Dia akan memberiakan jalan keluar kepada kita.

Kebutuhan Penting

Amsal 23:7, mengajar kita bahwa pentingnya untuk berpikir yang tepat. Pikiran kita akan mempengaruhi keberadaan kita kelak, maka haruslah diprioritaskan agar kita memikirkan hal-hal yang benar.

Ø Versus Pikiran Daging Pikiran Roh

Dalam versi King James Roma 8 mengajar kita bahwa jika kita “memikirkan” hal-hal yang berasal dari daging, maka kita akan berjalan dalam daging, tetapi jika “memikirkan” hal-hal dari Roh, maka kita akan berjalan dalam Roh. Bersikaplah serius tentang meruntuhkan benteng-benteng yang telah didirikan iblis dalam pikiran kita. Kita harus gunakan senjata-senjata kita yaitu firman, puji-pujian dan doa.

Ø Dengan Roh-Ku

Zakharia 4:6…bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan Roh-Ku firman Tuhan semesta alam. Salah satu dari senjata itu adalah doa (memohon). Kita tak dapat mengatasi situasi kita dengan bertekad semata-mata. Kita perlu bertekad, tetapi tekad dalam Roh Kudus, bukannya dalam usaha kedagingan kita sendiri Roh Kudus adalah penolong kita dan marilah kita bersandar kepada-Nya kita tak dapat berhasil seorang diri.

Ø Kebutuhan Hidup yang Penting

Kebutuhan yang penting adalah sesuatu yang sangat penting sehingga seseorang tak dapat hidup tanpa hal itu seperti detak jantung atau tekanan darah itu penting. Tanpa hal-hal ini tidak ada kehidupan. Kita harus bahwa pemikiran yang benar itu penting bagi kehidupan yang berkemenangan.

Ø Sebagaimana Kita Berpikir Demikianlah Kita

Alkitab menyatakan bahwa pohon dikenal dari buahnya (Mat 12:33). Hal itu berlaku juga dalam kehidupan kita. Pikiran menghasilkan buah, pikirkanlah pikiran yang baik maka buah kehidupan kita akan baik.

Jangan Putus Asa

Dalam Galatia 6:9, Rasul Paulus mendorong semangat kita agar terus maju. Betapa buruknya keadaan hidup kita dan pikiran kita, janganlah kita putus asa. Jangan

kita berhenti di tengah jalan, jangan memilih roh “putus asa” yang lama. Allah sedang mencari orang-orang yang mau melangkah sepanjang jalan bersama Dia.

Berjalan Terus

Apapun yang kita alami dan kita hadapi saat ini kita harus terus berjalan dan jangan putus asa (Yesaya 43:2). Cara Allah untuk menolong kita untuk membuat kemajuan rohani ialah dengan menyertai kita untuk menguatkan kita dan mendorong kita agar terus maju pada masa yang sukar.

Andalah yang Membuat Pilihan

Kita sebagai anak-anak Tuhan akan mempunyai banyak pilihan yang harus dilakukan sepanjang hidup kita. Dalam Ulangan 30:19, Tuhan memberi tahu umat-Nya bahwa Dia memperhadapkan bagi kita kehidupan dan kematian, dan meminta kita untuk memilih kehidupan. Pikiran kita menjadi perkataan kita. Karena itu sangatlah penting agar kita memilih pikiran yang mencetuskan kehidupan. Bila kita melakukannya, maka kata-kata yang benar akan tercetus.

Jangan Menyerah

Dalam kehidupan kita Allah sedang bekerja atas diri kita; setidaknya Dia akan melakukan-Nya jika kita mengundang Dia untuk mengendalikan pikiran kita. Dia sedang memprogram ulang pikiran kita. Bekerja samalah dengan Dia dan jangan menyerah.

Majulah dan Dudukilah

Ulangan 1:6-8 “Tuhan Allah kita telah berfirman kepada kita di Horeb demikian: telah cukup lama kamu tinggal di gunung ini. Majulah, berangkatlah pergilah ke pegunungan orang Amori….. ketahuilah, Aku telah menyerahkan negeri itu kepadamu, masukilah, dudukilah negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka suatu keputusan, kita jangan berhenti dan menyerah sebelum kemenangan itu sempurna dan kita memiliki warisan yang memang sebenarnya menjadi hak kita.

Sedikit Demi Sedikit

Kesombongan adalah “binatang” yang akan membinasakan kita jika kita menerima terlalu banyak kemerdekaan dalam waktu yang cepat. Pembaruan pikiran kita akan terjadi sedikit demi sedikit, jadi jangan tawar hati jika kemajuan tampaknya berlangsung lambat.

Penderitaan Mendahului Kemerdekaan

Kadang kita bertanya mengapa kita perlu menderita. Sebelum Tuhan Yesus membebaskan kita, kita menanggung sejenis penderitaan tetapi kita akan lebih bersukacita ketika kemerdekaan datang.

Tidak Ada Penghukuman

Roma 8:1, bahwa penghukuman tidak ada jika kita hidup dalam Kristus Yesus, yaitu, hidup berjalan bukan menurut perintah daging, melainkan menurut perintah Roh. Jangan menerima penghukuman bila kita mendapat kemunduran atau mengalami hal yang buruk. Bangkitlah berdiri, kebaskan debu dari diri kita dan mulai lagi.

Jangan Kehilangan Semangat

Mazmur 42:6 “Mengapa engkau tertekan hai jiwaku dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku. Kehilangan semangat menghancurkan harapan, jadi dengan sendirinya iblis selalu berusaha melemahkan semangat kita. Tanpa pengharapan kita akan putus asa, dan memang inilah yang iblis inginkan dari kita. Alkitab berulang kali memberi tahu kita agar jangan hilang semangat atau merasa cemas. Tuhan ingin kita bersemangat, bukannya hilang semangat.

Bersikaplah Positif

Dalam Matius 8:13, Yesus memberitahu kita bahwa akan terjadi bagi kita seperti yang telah kita percayai. King James Version mengatakan “sebagaimana engkau percaya, demikianlah jadinya atas dirimu…” Ini tidak berarti bahwa kita dapat memperoleh apapun yang kita inginkan dan hanya memikirkan hal itu. Allah mempunyai sebuah rencana sempurna untuk kita masing-masing, dan kita tidak dapat mengendalikan Dia dengan pikiran dan perkataan kita. Tetapi kita harus berpikir dan berbicara sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya untuk kita.

Semua Bekerja sama untuk Kebaikan

Roma 8:28, kita yakin bahwa (Allah sebagai mitra dalam karya mereka) segala sesuatu bekerja sama untuk kebaikan kepada dan untuk mereka yang mengasihi Allah dan dipanggil menurut rancangan dan maksud-Nya.

Hari Baru

Dalam ciptaan baru, kita tak perlu mengizinkan hal-hal lama yang dahulu terjadi pada diri kita terus-menerus mempengaruhi kehidupan baru kita. Kita adalah ciptaan baru dan dengan kehidupan baru dia dalam Kristus.

Pekerjaan Roh Kudus

Aku tak dapat menguabah diriku sendiri, tetapi aku percaya bahwa Allah akan mengubahku pada saat aku percaya mempercayai-Nya. Aku tahu itu membutuhkan waktu, dan akau takkan kecewa pada diriku sendiri. Allah telah memulai suatu pekerjaan yang baik di dalamku, dan Dia sanggup menyelesaikan dengan sempurna (Filipi 1:6).

Pikiran yang Siap

Pikiran yang siap berarti bahwa kita harus mempunyai pikiran yang terbuka terhadap kehendak Allah bagi kita, apapun kehendak itu.

Kekuatan dan Pengharapan

Dalam 6:19 mengajarkan kita bahwa harapan itu adalah sauh jiwa dan harapan adalah kekuatan yang menjadikan kita tetap mantap pada masa pencobaan.

Berharaplah untuk Menerima! Untuk Menerima, Berharaplah!

Yesaya 30:18, ini merupakan salah satu ayat Alkitab yang mendatangkan harapan yang besar. Di dalamnya, Allahmengatakan bahwa Dia sedang mencari seseorang untuk diberi anugrah, tetapi itu bukanlah seseorang yang bersikap muram dan berpikiran negatif.

Firasat Buruk

Setiap manusia pasti mengalami yang namanya firasat buruk dan mengalami hal ini, kita harus semakin kuat sehingga kita dapat menyaksikan hari-hari yang baik.

Jagalah Lidah Anda dari Kejahatan

1 Petrus 3:10, memberi tahu kita bahwa menikmati kehidupan dan menyaksikan hari-hari yang baik dan berpikiran serta bermulut positif, itu saling berkaitan.

Roh-Roh Pembelenggu Pikiran

Filipi 4:6-7 ini merupakan suatu perintah kepada kita tentang kekhawatiran kita dalam pribadi kita di mana hanya kepada Allah satu-satunya tempat segala keinginan kita melalui doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

Dibebaskan dari Roh-Roh Pembelenggu Pikiran

Hanya satu-satunya firman Tuhan yang membebaskan kita dari pemikiran kita yang tidak sesuai dengan keinginanya yaitu dalam Yohanes 8:31-32 Yesus bersabda “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu adalah benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kita.

Ambillah Keputusan untuk Percaya

Kita sebagai orang Kristen, kita perlu mengambil keputusan orang percaya. Allah sering memberi kita iman untuk hal-hal yang belum dapat diterima pikiran kita (Roma8:26).

Pikirkanlah Tentang Hal yang Sedang Anda Pikirkan

Memang sangat bermanfaat untuk memikirkan tentang firman Allah. Semakin banyak waktu yang diluangkan seseorang dalam merenungkan firman, semakin banyak dia akan menuai firman.

Berhati-hatilah dengan Hal yang Anda Pikirkan

Alkitab memberi tahu kita bahwa semakin banyak waktu yang kita luangkan untuk memikirkan tentang firman yang kita baca dan dengar, semakin besar kuasa dan kesanggupan yang kita miliki untuk melakukanya (Markus 4:24).

Renungkanlah Firman

Menurut Kamus Webster, kata merenungkan berarti , berpikir secara mendalam dan cermat (mempertimbangkan) dan merencanakan atau berniat dalam pikiran (terlibat dalam pertimbangan yang lama, serius dan tenang.

Renungan Menghasilkan Keberhasilan

Alkitab menyatakan bahwa kita harus merenungkan firman Allah siang dan malam (Yosua 1:8) sehingga jalan kita berhasil, dan kemudian kita akan bertindak bijaksana dan beroleh keberhasilan yang baik.

Pikirkanlah tentang Hal yang sedang Anda Pikirkan

Paulus memperingatkan kita di sini agar kita jangan diperintahkan oleh tabiat hawa nafsu kita atau gejolak daging kita, gagasan dari pikiran duniawi kita (Efesus 2:3).

Renungkanlah Karya Allah

Pemazmur Daud sering berbicara tentang merenungkan semua karya Allah yang ajaib tindakan perkasa dari Allah (Mazmur 48:10). Dia berkata bahwa dia memikirkan tentang nama Tuhan, rahmat Allah dan banyak hal lainya yang seperti itu.

Berubahlah dengan Pembaruan Pikiranmu

Rasul Paulus menyatakan kepada kita bahwa jika kita ingin melihat kehendak Allah yang baik dan sempurna dibuktikan dalam hidup kita, kita dapat jika pikiran kita dibarui (Roma 12:2).

Pikirkanlah Hal-Hal Ini

Pemikiran kita pastilah mempengaruhi sikap dan suasana hati kita. Semua yang dikatakan Tuhan kepada kita adalah untuk kebaikan kita sendiri (Filipi 4:8).

KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT NIAS


KEHIDUPAN DALAM
 MASYARAKAT NIAS

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut “FONDRAKÖ” yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian
Di samping itu pula di Pulau Nias dikenal istilah kasta. Di pulau Nias dikenal ada sistem kasta (12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu" dan untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.

Adapun beberapa rincian kasta yang terdapat di Pulau Nias antara lain :
1. Si’ulu (Balugu/Salaŵa),
yaitu: golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan tertinggi secara turun-temurun, akan tetapi pengukuhannya melalui proses pelaksanaan pesta kebesaran (Owasa/Fa’ulu). Bangsawan yang telah memenuhi kewajiban adatnya melalui proses Owasa/Fau’ulu disebut Si’ulu Si Ma’awai dan menjadi Balö Zi’ulu Yaitu bangsawan yang memerintah.
2. Ere,
yaitu: para pemimpin agama kuno. Sering juga, oleh karena kepintaran seseorang dalam hal tertentu, maka dia disebut Ere, umpamanya Ere Huhuo yaitu seseorang yang sangat pintar dalam berbicara terutama menyangkut adat-istiadat. Secara garis besar terdapat 2 (dua) macam ere, yaitu: Ere Börönadu dan Ere Mbanua.
3. Si’ila,
 yaitu: kaum cerdik-pandai yang menjadi anggota badan musyawarah desa. Mereka yang selalu bermusyawarah dan bersidang (Orahu) pada setiap masalah-masalah yang dibicarakan dalam desa, dipimpin oleh Balö Zi’ulu dan Si’ulu lainnya;
4. Sato,
yaitu: Masyarakat biasa (masyarakat kebanyakan) juga sering disebut Ono mbanua atau si fagölö-gölö atau niha si to’ölö.


5. Sawuyu (Harakana),
yaitu: golongan masyarakat yang terendah. Mereka berasal dari orang-orang yang melanggar hukum dan tidak mampu membayar denda yang dibebankan kepadanya berdasarkan keputusan sidang badan musyawarah desa. Kemudian mereka ditebus oleh seseorang (biasanya para bangsawan), oleh karenanya semenjak itu mereka menjadi budak (abdi) bagi penebus mereka. Mereka juga berasal dari orang-orang yang tidak mampu membayar utang-utangnya, orang-orang yang diculik atau orang-orang yang kalah dalam perang, kemudian mereka menjadi budak.

KEBUDAYAAN
           Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut “FONDRAKÖ” yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik (batu besar) dibuktikan dengan peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman khususnya di Teluk Dalam (Nias Selatan), Onolimbu (Nias Barat), Afulu (Nias Utara) sampai sekarang dan tempat ini dilindungi oleh Museum Pusaka Nias. Di samping itu juga banyak memiliki corak kebudayaan diantaranya Omo ni Oniha (Rumah Adat), Maena (Tarian) seperti Tari Moyo (Rajawali), tari mogaele, (Baluse) tari perang dan lain-lain.

1. Hombo Batu (Lompat Batu) 
          Tradisi yang dilakukan oleh seorang pria yang mengenakan pakaian adat Nias dan meloncati susunan batu yang setinggi lebih dari 2 (dua) meter. Ajang tersebut diciptakan untuk menguji fisik dan mental para remaja pria Nias menjelang usia dewasa yang akan ikut berperang melawan penjajah karena pertahanan musuh sangat kuat jadi untuk memasuki area musuh tidak selalu mudah apalagi untuk mengalahkannya sebab di beberapa wilayah, musuh memiliki kubu pertahanan yang sangat kuat di antara beberapa titik yaitu bambu runcing yang merupakan benteng pertahanan, sehingga dengan ketangkasan para leluhur melalui latihan lompat batu dengan penuh semangat dan percaya diri sehingga kubu pertahanan musuh dapat di lalui dengan lompatan yang sangat tinggi, dan akhirnya benteng pertahanan musuh menjadi rubuh dan setelah itu musuh di kalahkan. Setiap lelaki dewasa yang ikut perang wajib lulus ritual lompat batu.
Batu yang harus dilompati berupa bangunan mirip tugu piramida dengan permukaan bagian atas datar. Tingginya tidak kurang dari 2 (dua) meter dengan lebar 90 centimeter (cm) dan panjang tolakan dari permukaan tanah 60 cm. Para pelompat tidak hanya sekedar harus melintasi tumpukan batu tersebut, tapi ia juga harus memiliki teknik seperti saat mendarat, karena jika dia mendarat dengan posisi yang salah dapat menyebabkan cedera otot atau patah tulang. Selain sebagai penguji fisik dan mental bagi pemuda yang berhak mengikuti perang, Tradisi Fahombo ini juga dinilai sebagai syarat bagi mereka yang siap menikah, karena bagi mereka yang tidak berhasil melompati batu tersebut dianggap belum pantas untuk meminang seorang gadis. Begitu terkenalnya tradisi lompat batu ini membuat tradisi ini pernah diabadikan pada pecahan uang seribu rupiah pada awal tahun 1990-an dengan gambar seorang pria Nias yang sedang melompati tugu batu.

2. Maena (Tari)
           Maena adalah sebuah tarian yang sangat simpel dan sederhana, tetapi mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah menariknya dengan tarian-tarian yang ada di Nusantara. Dibandingkan dengan tari moyo, tari baluse/tari perang (masih dari Nias), maena tidak memerlukan keahlian khusus. Gerakannya yang sederhana telah membuat hampir semua orang bisa melakukannya. Kendala atau kesulitan satu-satunya adalah terletak pada rangkaian pantun-pantun maena (fanutunõ maena), supaya bisa sesuai dengan event dimana maena itu dilakukan. Pantun maena (fanutunõ maena) biasanya dibawakan oleh satu orang atau dua orang dan disebut sebagai sanutunõ maena, sedangkan syair maena (fanehe maena) disuarakan oleh orang banyak yang ikut dalam tarian maena dan disebut sebagai sanehe maena/ono maena. Syair maena bersifat tetap dan terus diulang-ulang/disuarakan oleh peserta maena setelah selesai dilantunkannya pantun-pantun maena, sampai berakhirnya sebuah tarian maena. Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih bertuntun bahasa Nias (amaedola/duma-duma), namun seiring oleh perkembangan peradaban yang canggih dan modern, pantun-pantun maena yang khas li nono niha (bahasa asli Nias) sudah banyak menghilang, bahkan banyak tercampur oleh bahasa Indonesia dalam penuturannya, ini bisa kita dengarkan kalau ada acara-acara maena dikota-kota besar. Maena boleh dibilang sebuah tarian seremonial dan kolosal dari Suku Nias, karena tidak ada batasan jumlah yang boleh ikut dalam tarian ini. Semakin banyak peserta tari maena, semakin semangat pula tarian dan
Goyangan (fataelusa) maenanya. Maena biasanya dilakukan dalam acara perkawinan (fangowalu), pesta (falõwa/owasa/folau õri),

3. Omo Hada (Rumah Adat)
          Dulu omo hada (rumah adat) oleh masyarakat Nias digunakan sebagai lambang kekayaan pemiliknya. Selain sebagai tempat tinggal, di dalam rumah ini bangsawan pemiliknya berhak melakukan pertemuan dan acara adat. Acara adat dimaksud dapat berupa upacara pengukuhan raja (owasa famaho bawi soya), upacara menguji kekuatan rumah raja (famoro omo), dan pesta pembuatan rumah baru (famaluaya tuha nomoa). Dengan demikian, omo hada merupakan titik sentral setiap kegiatan yang melibatkan adat istiadat. Peralihan zaman membuat fungsi omo hada berubah menjadi rumah pertemuan biasa, dan sebagai gantinya balai desa menjadi titik pertemuan. Selain sebagai rumah tinggal, omo hada juga berfungsi sebagai tempat pertemuan informal. Nilai sejarah omo hada ini pernah diteliti ahli dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO), yakni Prof Alain M Viaro. Hasilnya, omo hada dinyatakan sebagai rumah dengan arsitektur paling lengkap. World Monument Fund kemudian mencatat dan memasukkan situs omo hada sebagai salah satu dari 100 situs dunia yang berada dalam keadaan bahaya dan perlu segera diselamatkan, bersama Borobudur, Taman sari di Yokyakarta, dan Tanah Lot di Bali. Pernyataan ini muncul karena rumah tersebut dibangun tanpa paku, hanya berupa tiang penyangga. Selain itu, karena memegang nilai sejarah silsilah nenek moyang suku Nias Selatan, maka rumah ini menjadi penting artinya, Beberapa keunikan omo hada antara lain tiang penyangga rumah setinggi empat meter terbuat dari kayu bulat yang cukup keras. Tiang penyangga (ehomo) yang cukup tinggi ini adalah berdasarkan pengalaman sejarah suku Nias. Rumah yang terletak di bukit, pelindung terbaik adalah memakai tiang tinggi. Selain itu, ada tiang penyangga (diwa) menyilang sebagai penyangga rumah dari serangan angin yang kuat di dataran tingi. Tiang-tiang ini tidak ditancapkan ke tanah, tetapi ditumpukkan di atas batu keras. Pintu masuk rumah yang letaknya persis di tengah (di bawah kolong rumah) merupakan pelindung terbaik jika ada musuh datang dan merupakan keunikan tersendiri.

KEHIDUPAN SOSIAL
          Pemberian salam kepada sesama sangat tinggi nilainya terhadap satu dengan yang lain. Bila seseorang tidak bersapaan atau memberi salam kepada yang lain, maka diantara kedua belah pihak sudah terjadi disintegrasi sosial yang mungkin disebabkan oleh sifat, gaya, cara jalan, tutur bahasa, cara berpakaian atau penataan rambutnya yang kurang diterima oleh kebanyakan orang. Jika sifat di atas tidak ada maka relasi mereka menjadi lebih akrab sehingga setiap bertemu selalu menyapa dengan ucapan “Ya’ahowu” (salam khas Nias) yang dilanjutkan dengan kata “Yae nafoda” atau bologö dödöu, lö afoda” (ini sirih kita atau maaf kita tidak punya sirih). Dalam situasi tersebut kedua belah pihak saling memakan sirih. Setelah itu baru diakhiri dengan salam kembali dan kata “ya’ami ba lala” (selamat jalan) sebagai kata perpisahan. Beberapa kebiasaan yang mendasar:
Persiapan orang yang hendak bertamu Wanita yang sudah dinamai “Si no lafatö turu” atau “sino lafotu” (sudah berkeluarga dengan tahap-tahap adat) pergi bertamu baik kepada orang yang sudah dikenal maupun kepada orang yang belum dikenal selalu mempersiapkan diri dari rumah berupa penghormatan. Sebelum berangkat dari rumah bila seorang bapak yang pergi dia mengatakan kepada istrinya “biz(d)i nafogu ua” (persiapkan sirih saya dulu), saya mau pergi kepada Ama Warisan. Lalu ibu mempersiapkan sirih dan memberikanna di “Naha nafo” (Kempit sirih). Setelah siap dipersiapkan baru bapak mengambil dan disimpannya dalam kantongnya. Dalam perjalanan, setiap orang yang bertemu kepadanya selalu memberi salam “Ya’ahowu” dan mengambil sirih yang telah dipersiapkan dari rumah dan diberikan kepada orang yang bertemu dengan dia mengatakan “Yae nafoda ” (ini sirih kita). Setelah selesai baru melanjutkan perjalanan di mana tujuan pertamanya. Bila seorang ibu rumah tangga yang hendak bertamu baik pergi kepada “Sitenga bö’ö” (kerabat) maupun kepada orang lain, terlebih dahulu mempersiapkan sirih yang ditempatkan di “Naha Nafo” (kempit sirih), dan setiap orang yang hendak bertemu selalu memberi salam “Ya’ahowu” terus bersalaman dan baru menyungguhkan sirih satu dengan yang lain.
          Kebiasaan bila tamu datang di rumah Bila seseorang datang di rumah untuk bertamu selalu dimulai dengan kata salam “Ya’ahowu” dan dilanjutkan sikap bersalaman. Kemudian disambung dengan kata “ Yae nafoda” (ini sirih kita) atau bologö dödöu Lö’afoda (ma’af tidak ada sirih kita). Baru ibu rumah tangga menyuguhkan sirih kepada para tamu. Pada saat saling mungunyah sirih yang disuguhkan timbal balik, ibu rumah tangga berkata: “Hadia göda Ga’a atau Baya?” (apa makanan kita?) dan sebagainya, “Hana wamikaoniga?” (Kenapa kalian mengundang kami?). Tamu yang datang menjawab: “Lö hadöi, möiga manörö-nörö manö” (tidak ada, hanya sekedar jalan-jalan saja)”. Dari kata seorang ibu di atas, itu bukan berarti menghendaki supaya ada makanan dengan bertanya “apa makanan kita.” Tetapi sapaan untuk menindak lanjuti kata seterusnya supaya ada keakraban dan nampak lebih dekat. Begitu sebaliknya dengan jawaban dari tamu yang mengatakan “hanya jalan-jalan saja’ atau “meminta makanan kami”. Itu semua kedua belah pihak hubungan mereka lebih kekeluargaan. Hal ini juga tidak dikatakan kepada orang yang tidak dikenal sama sekali. Kedua hal ini baik sebagai tamu atau tuan rumah mempunyai tujuan yang berbeda dari ungkapan yang pertama tadi. Setelah beberapa saat baru tamu memberitahukan apa tujuan yang sebenarnya dan tuan rumah baru berbicara yang sebenarnya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh tamu. Setelah selesai pembicaraan baru dilanjutkan dengan kata “mofanöga” (permisi, kami pergi). Tuan rumah tidak terus mengizinkan pergi tetapi harus “Lasaisi” artinya kita tahan mereka untuk menunggu makan. Dengan kata “Tabase’ö öda idanö ua” (mari kita minum dulu) atau tabase’ö öda wakhe safusi ua hana wa aösö-aösö sibaikö” (mari kita tunggu makanan kita nasi putih dulu, kenapa tergesa-gesa sekali) “Ha walö diwo-diwoda” (hanya saja, tidak ada lauk pauk kita). Kata-kata di atas sikap tamu bisa menunggu bisa juga tidak. Karena hanya merupakan basa basi. Dilanjutkan dengan kata maaf tidak ada lauk pauk kita. Itu hanya menunjukkan kerendahan hati walaupun kenyataannya lauk-pauk mereka anak babi yang tambun, ayam “Niowuru” (daging babi yang sudah di garami).
          Kebiasaan waktu makan Pada hari biasa mereka makan tiga kali sehari. Pagi hari mereka makan “Sinanö” (umbi-umbian) siang hari mereka makan “umbi-umbian” dan nasi sebagai “Fangazökhi dödö” (makanan yang menyenangkan). Pada malam harinya mereka makan seperti makan siang. Sehingga setiap hari mereka rutin makan nasi dua kali sehari. Pada hari minggu mereka makan dua kali sehari makan sebelum pergi ke gereja dan pada malam harinya. Pada saat makan sedang berlangsung tidak boleh ngomong-ngomong karena marah “Sobawi” (yang selalu menegur anggota keluarga bila melalaikan ketertiban di rumah) Makanan nasi ini lebih tinggi nilainya dari pada makanan yang lain. Bila makan tidak boleh tersisa dan dibuang begitu saja. Kemudian kalau dimasak harus pakai ukuran apakah Tumba (jumba), Hinaoya (liter), kata (tekong) dan lain-lain serta tidak boleh “Lafasösö” (dipadatkan) dalam periuk, tidak boleh dipukul-pukul pinggir periuk dengan sendok. Semua pantangan ini apabila tidak ditaati maka bisa berakibat marah “Sibaya Wache” (pemilik dari pada nasi tersebut) seandainya marah akibatnya bila menanam padi tidak subur dan tidak menghasilkan banyak buah serta banyak mendatangkan berbagai wabah penyakit dan bila dimasak “Lö mo’ösi” (artinya walaupun satu jumba dimasak tetapi hasila masakan nampak seperti sati liter).
          Kebiasaan suami-istri bila pergi bersama Orang Nias pada masa dulu bila pasangan suami-istri itu pergi bersama mempunyai norma adat tertentu yang mana bila pergi bersama kemana saja baik ke ladang, ke sawah, pergi kepada paman atau pergi pada pesta-pesta selalu laki-laki di belakang dan perempuan di depan. Hal ini menunjukkan bahwa wanita itu adalah istrinya, yang wajar mendapat perlindungan dari berbagai gangguan, yang dicintai, yang dikasihani, serta menunjukkan rasa tanggung jawab sebagai suami. Bila seseorang anak muda jalan bersama dengan saudaranya perempuan atau perempuan yang lain tetapi mereka berjalan bersama laki-laki ke belakang dan perempuan ke depan itu adalah merupakan ejekan kepada orang yang melihat. Mereka mengatakan apakah mereka itu suami-istri? Atau kenapa orang itu pergi seperti suami istri? Ini juga suatu tanda kepada publik bahwa dari letak jalan seseorang mereka bisa mengetahui bahwa itu adalah suami-istri.
          Penghormatan dengan kata “Ya’ahowu” dan “pemberian sirih” dalam porsi adat.
Menurut porsi adat perkawinan yang telah dituturkan dalam acara “Fanika Era-era mböwö” (suatu acara yang menguraikan tentang silsilah keturunan dari pada pihak penganten perempuan yang diberitahukan secara formal kepada pihak penganten laki-laki mulai dari famili terdekat sampai kepada yang terjauh serta beban-beban yang harus ditanggung dalam hidupnya sesuai dengan hubungan kekerabatan). “Hönö mböwö no awai, Hönö mböwö no tosai” (ribuan jujuran sudah selesai, ribuan jujuran masih tersisa), artinya tanggung jawab terhadap mertua dan sanak famili dalam bentuk beban-beban tidak pernah putus sampai seumur hidup. Karena itu kemampuan penghormatan dengan harta benda sangat terbatas dalam bentuk “Böwö”, maka diberi kelonggaran untuk mengatasi hal tersebut, yaitu jangankan penghormatan dengan harta materi tetapi penghormatan dengan kata-kata sapaan “Ya’ahowu” dan “Fame’e afo” (pemberian sirih) kepada “Sitenga bö,ö” dan lain-lain, maka itu sudah cukup yang setara nilainya dengan empat alisi babi, dan dianggap sudah lunas utangnya yang telah dituturkan dalam acara “Fanika era-era mböwö”. Dewasa ini kebiasaan tersebut sudah tidak ada lagi, penghormatan berupa harta materi maupun penghormatan dengan kata-kata sudah hampir tidak ada lagi. Kita tidak tau bahwa dari kata-kata kita itu sudah ada nilainya yang lebih dari “böwö” atau makanan. Inilah yang dikatakan “Ho maigö ami li moroi ba gö” artinya dengan penghormatan kata-kata itu sudah cukup senang dan berharga.
            Budaya atau adat istiadat yang pada saat ini masih berlaku dalam kalangan Ono Niha (orang Nias). Dan seperti yang saya ambil tentang, Susunan atau bisa dinamakan itu Kasta dalam orang Nias memang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Namun ini merupakan suatu acuan atau pedoman bagi orang Nias terutama dalam posisi dalam bermasyarakat, sehingga tahu mereka dimana posisi mereka apakah seperti; Ere, yaitu sebagai pemimpin, Si’ila yaitu kaum yang pandai menjadi anggota badan musyawarah desa, Sato sebagai ono mbanua atau masyarakat umum, Sawuyu sebagai Harakana yaitu golongan masyarakat yang terendah. Sehingga masyarakat Nias berpedoman dalam hal ini. Dan juga dalam kehidupan sosial seperti persiapan kalau ada orang yang mau bertamu dalam lingkungan setempat kita harus memberi salam kepada yang lain, sehingga diantara kedua belah pihak sudah terjadi disintegrasi social yang mungkin disebabkan oleh sifat, gaya, cara jalan, tutur bahasa, cara berpakaian atau penataan rambutnya yang kurang diterima oleh kebanyakan orang. Dan sampai sekarang ini dalam masyarakat Nias masih diterapkan hal ini dan tidak bisa dihilangkan.

            TUHAN YESUS MEMBERKATI, AMIN.

Kisah Para Rasullll

KISAH PARA RASUL

Kisah Para Rasul merupakan kitab yang memamparkan sejarah agama Kristen mula-mula secara teratur. Kitab ini merupakan kelanjutan Injil Lukas dan kedua kitab tersebut merupakan kesatuan dan ditulis untuk orang yang sama (Teofilus), baik Injil yang menceritakan kehidupan dan pengajaran Yesus, maupun Kisah Para Rasul yang menceritakan bagaimana pekerjaan Yesus yang telah berkembang menjadi gerakan Kristen di seluruh dunia.

1. Penulis dan Penerima

Kisah Para Rasul ini menunjuk dengan bukti yang kuat bahwa penulisnya yaitu Lukas seorang dokter bukan-Yahudi yang menemui Paulus beberapa perjalanan dan ditujukan kepada Teofilus.

  1. Penanggalan

Waktu penulis Kisah Para Rasul ini merupakan persoalan yang lebih controversial dimana banyak pendapat yang sudah ditemukan seperti F.C.Baur menduga Kisah Para Rasul ditulis setelah tahun 100 M. Pandangan ini dipertahankan oleh Prof. John Knox, dari Amerika. Pada pihak ekstrim lainnya, ahli lain berpendapat bahwa Kisah Para Rasul ditulis setelah Paulus tiba di Roma (tahun 62-64) menurut F.F Bruce dan J.A.T. Robinson, atau setelah kematiannya (66-70), menurut T.W.Manson dan ini agak kurang yakin C.S.C.Williams. Pandangan lain yaitu antara enam puluhan dan delapan puluhan abad pertama.

  1. Tujuan

Lukas menulis Kisah Para Rasul ini dengan tujuan utama yakni:

Ø Keyakinan agama Kristen mempunyai kekuatan merombak dunia

Ø Hubungan yang baik dengan Kekaisaran Roma dilain sisi untuk meyakinkan orang-orang Roma bahwa Kristen dapat dipercayai.

Ø Dialamatkan kepada Teofilus supaya ia dapat mengetahui fakta-fakta mengenai kepercayaan orang Kristen.

ROMA

Kota Roma merupakan tujuan akhir Paulus dalam menyebarkan kabar baik tentang Tuhan Yesus di seluruh kekaisaran Roma. Kota Roma sudah di Injili dan memiliki jemaat yang berkembang pesat. Disini Paulus menyatakan kembali injilnya dalam suatu bentuk yang tidak dapat disalah tafsirkan, apakah oleh simpati ataupun lawan sehingga ia memutuskan untuk menyiapkan kunjungannya ke Roma dengan menulis sebuah surat kepada jemaat disana, yang mengandung pernyataan yang disusun secara teratur tentang kepercayaannya.

  1. Penulis

Surat Roma merupakan sebagai suatu ringkasan komprehansif dari seluruh Teologi Paulus, tetapi ini asumsi yang kurang tepat dan tak berfaedah. Paulus menulis surat Roma ni ketimbang sewaktu menulis surat Galatia atau surat Korintus.

Surat Roma ini Paulus membagi dalam tiga bagian yakni:

v Suatu dasar teologis yang panjang, dimulai dengan nats dari nabi Habakuk:”orang yang benar itu akan hidup oleh kepercayaannya” (Hab. 2:4)

v Dalam (Roma 9:11) ia menjelaskan apa yang kelihatan sebagai penolakan Allah atas umat Yahudi tidaklah bertentangan dengan janji-janjiNya dalam Perjanjian Lama maupun dengan keadilanNya. Itu adalah kesalahan Israel sendiri

v Paulus menulis tentang penerapan kebenaran Allah secara praktis dalam kehidupan orang Kristen (Rom. 12:1-15&13). Dan juga ia meringkaskan kewajiban orang Kristen secara keseluruh dengan kata-kata kasih adalah kegenapan hukum taurat (Roma 13:10)

Di dalam surat ini kita menemukan pernyataan yangmatang tentang injil sesuai dengan pengertian Paulus. Paulus yakin injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Roma 1:16).

  1. Tujuan Paulus di Roma

Paulus memandang tugas misionernya ialah mendirikan jemaat Kristen di tempat-tempat strategis di seluruh kekaisaran Roma. Pada tahap ini Paulus telah menyelesikan tugas itu di wilayah kerjanya. Ia telah membentuk jemaat-jemaat yang berkembang pesat disemua pusat penduduk yang utama.

SURAT I KORINTUS

Surat I Korintus mempnyai suatu garis pandangan yang jelas dari mula sampai akhir. Surat ini memang tidak bermaksud memberikan suatu laporan historis tentang kegiatan Paulus sendiri atau tentang keadaan jemaat di Korintus, sehingga rekonstruksi tentang apa yang telah berlangsung harus dilakukan dengan daya khayal kuat.

Pekerjaan-pekerjaan Paulus waktu di Korintus, dan ini banyak para ahli setuju tentang urusannya disana yakni:

I. Berita buruk dari Korintus yaitu selama tiga tahun tinggal di Efesus, Paulus menerima berita buruk mengenai keadaan jemaat di Korintus sehingga ia menulis surat untuk memperingatkan mereka tentang bahaya-bahaya percabulan (I Kor. 5:11 )

II. Paulus menulis surat I Kor. Yaitu anggota-anggota rumah tangga Kloe juga membawa laporan jemaat Korintus terpecah dalam kelompok-kelompok yang berbeda

III. Paulus mengujungi Korintus yaitu setelah ia mendengar dari Timotius yang kembali dari Korintus ke Efesus-bahwa surat-suratnya tidak membawa hasil apa-apa (2 Kor. 2:1,12:14 dan 13:1)

IV. Surat lain yaitu sekembalinya ke Efesus, Paulus mengutus Titus dengan surat yang jauh lebih keras (2 Kor. 2:4)

V. Berita baik dari Korintus yaitu Paulus kemudian berangkat menuju Makedonia, setelah diusir dari Efesus(Kis 20:1) dan juga ia bertemu dengan Titus

VI. Paulus menulis surat 2 Korintus yaitu melaluiTitus, Paulus mengirm ke Korintus sebuah surat yang lebih bernada iba, dan menyatakan sukacitanya yang besar.

Situasi atau gambaran jemaat di Korintus yakni di dalam surat 1 Korintus kita dapat menemukan banyak keterangan tentang situasi jemaat disana. Penyajian Paulus dapat dibagi dalam tiga pokok yaitu:

Ø Hidup di dalam Kristus (1 Kor. 1:10-4:21)

Ø Hidup di dalam dunia (1 Kor. 5:1-11:1)

Ø Hidup di dalam jemaat (1 Kor. 11:2-15:58)

SURAT 2 KORINTUS

Paulus dengan jemaat Korintus ia masih menemukan masalah disana yaitu berkaitan dengan tibanya utusan-utusan rasul sebagaimana mereka menyebut diri mereka dari jemaat di Yerusalem (2Kor. 11:1-15). Paulus sudah menghadapi orang-orang semacam ini sewaktu Ia di Galatia.

  1. Penulis

Surat I Korintus mempunyai suatu garis pandangan yang jelas dari mula sampai akhir. Tetapi surat yang ke 2 ini sering kelihatan seperti bunga rampai dari nasehat-nasehat Paulus tentang berbagai masalah. Beberapa ahli menduga surat ini merupakan kumpulan dari dua atau tiga surat yang mula-mula ditulis secara terpisah, dan pada kemudian hari digabung menjadi satu oleh seorang penyunting.

Paulus menulis surat 2 Korintus ini seperti apa yang dikatakan pada salah satu nats yang paling rumit alam semua suratnya yaitu (2Kor. 5:1-10):

v Ia tetap menentang pandangan orang-orang Korintus (dan para Gnostik) yang menyatakan kebangkitan adalah soal pengalaman rohani dalam batin seseorang

v Ia tetap berpegang pada kepercayaan Yahudi terhadap keberadaan tubuh setelah kematian, dan tidak mengikuti pandangan Yunani tentang adanya roh manusia yang abadi, yang akan hidup terus setelah tubuh binasa.

SURAT GALATIA

Surat Galatia ini Paulus memberikan namanya sendiri: “dari Paulus, seorang rasul”, dan ia menghubungkan dengan suratnya “semua saudara yang ada bersama-sama dengan aku.” Dan kemudian ia menyebutkan orang kepada siapa suratnya dialamatkan, dalam hal ini sekelompok jemaat kepada jemaat di Galatia (Gal. 1:1-2) hal yang penting disini Paulus sama sekali tidak mengucap syukur dalam surat Galatia ini mengenai keadaan rohani pembacanya. Soalnya, tidak ada yang dapat disyukuri. Tetapi ia menyampaikan seruan terakhir dalam tulisa tangannya sendiri.

Catatan itu mengandung keterangan yang menarik bahwa tulisannya sendiri lebih besar dari tulisan sekretarisnya yang telah menulis bagian terbesar surat itu hal ini memberikan dukungan tambahan kepada pendapat bahwa Paulus mungkin kurang baik penglihatannya (Gal. 6:1-17). Dan Paulus menutup suratnya dengan suatu ucapan berkat yang juga merupakan doa bagi pembacanya.

Didalam menyebut alamat surat, Paulus berkata bahwa ia menulis kepada jemaat-jemaat di Galatia dan juga menyebut pembacanya yaitu orang Galatia. Dan ini ditulis kepada orang Galatia Utara antara tahun 56 dan 58 dan pandangan ini dipegang secara luas. Dan ini bukan hanya di Galatia utara tetapi juga wilayah selatan Likaonia (Galatia Selatan) dimana Paulus telah memberitakan Injil dalam perjalanan misionernya yang pertama.

Surat Galatia ini dibagi dalam tiga bagian utama, yang membahas secara berturut-turut tiga ide palsu yang telah dikemukakan oleh orang Kristen Yahudi yang mengujungi jemaat-jemaat di Galatia untuk menyebarkan kekristenan yang bercorak Yahudi yaitu:

v Kewenangan Paulus

v Orang Kristen dan Perjanjian Lama

v Kebebasan dan legalisme

SURAT EFESUS

a. Surat Edaran

Laodikia adalah kota lain dekat Kolose, dan Paulus menghadapi agar jemaat-jemaat tersebut melakukan tukar-menukar surat-suratnya. Banyak alasan untuk menganggap surat tersebut (yang hampr-hampir tidak dapat ditentukan waktu penulisanya) sebagai surat palsu. Ia tidak mengandung teologi, dan terdiri dari sederetan potongan yang diambil dari surat-surat Paulus lainnya, yang digabung secara sembarangan. Para ahli modern percaya bahwa kita sebernarnya memeiliki salinan dari “surat kepada jemaat di Laodikia” yang disinggung Paulus yakni surat dalam perjanjian baru dikenala dengan surat kepada jemaat di Efesus.

Ada tiga hal lain yang memberi kesan Surat Efesus ini yakni:

  • Kata-kata di “Efesus” dalam Efesus 1:1 yaitu sebagai catatan kaki
  • Tidak ada salam pribadi dalam surat ini
  • Marcion, pemimpin bidad palsu menyebut surat Efesus ini sebagai surat kepada jemaat di Laodikia

b. Struktur dan Isi

Dalam surat Efesus, Paulus sekali lagi menekankan posisi sentral Kristus dalam rencana Allah dan dalam kehidupan orang percaya. Beberapa orang yang membaca surat Paulus ini telah diberi tahu sebelumnya oleh Paulus sendiri. Sebab memang hal itu merupakan pelayanan yang khusus untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu (Ef.3:8) dan juga memperlihatkan kekayaan itu dapat diterima dan dinikmati oleh manusia.

c. Penulis

sejumlah alasan lain pernah dikemukakan juga, yang dapat menguatkan pendapat bahwa mungkin Paulus bukan penulisnya yaitu:

· Bahasa

· Gaya bahasa

· Surat Kolose

· Teologi

Ada yang berpendapat Surat Efesus merupakan ringkasan ajaran Paulus, yang ditulis sebagai pengantar terhadap tema-tema utama teologinya, mungkin pada masa surat-suranya dikumpulkan. Namun surat Efesus sebenarnya bukan ringkasan seluruh pengajaran Paulus. Dan juga dikemukakan bahwa Surat Efesus ini dan surat-surat Paulus lainnya menggunakan seorang sekretarisnya.

SURAT FILIPI

Surat Filipi ditulis guna mengucapkan terima kasih atas pemberian yang yang dikirim jemaat Filipi kepada Paulus untuk membantu dia dari segi keuangan sewaktu di Roma. Salah seseorang anggota jemaat Filipi, yang bernama Epafroditus, telah membawa pemberian dari Filipi dan menolong Paulus dalam kunjungannya yang singkat ke Roma. Sebagai besar surat Paulus, yang dikirim ke Filipi melalui Epafroditus, menyangkut soal-soal pribadi berhubungan dengan kemungkinan dia akan dibebaskan, serta pernyataan kasihnya bagi orang-orang Kristen di Filipi. Paulus mengucap syukur kepada Allah karena persekutuan dengan orang-orang Kristen ini (Flp. 1:3-11).

Ambisi Paulus yang utama dalam hidupnya adalah untuk selalu membawa kemuliaan bagi Yesus. Tetapi ada satu hal yang memusingkan Paulus tentang jemaat di Filipi yaitu orang Kristen yang bertikai satu sama lain. Hanya disini dalam surat-suratnya, Paulus memberikan teladan Yesus sebagai pola perilaku orang Kristen (2 Kor. 8:9-10 sangat mirip).

SURAT KOLOSE DAN FILEMON

a. Jemaat di Kolose

Jemaat di Kolose mungkin didirikan oleh Epafras, seorang yang mungkin bertobat melalui pelayanan Paulus di Efesus. Epafras mengujungi Paulus sewaktu ia dipenjarakaan di Roma, dan memberikan kepadanya suatu laporan yang pada umumnya cukup mengembirakan mengenai kondisi jemaat di Kolose. Tetapi ada satu hal yang memprihatikan, yakni merambaknya suatu ajaran palsu yang sekarang ini kita sering disebut sebagai “ajaran palsu Kolose”.

b. Surat Kolose

Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Paulus menghadapi ajaran palsu dengan menekankan sekali lagi bahwa di dalam Kristus orang-orang beriman dapat menemukan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Sama seperti para Gnostik pada kemudian hari, beberapa oang Kolosemengemukakan bawha mereka membutuhkan pengantara-pengantara supernatural lainnya, dan Yesus hanyalah salah satu dari berbagai manifestasi Allah. Hal ini Paulus secara tegas menyatakan “seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia” (Kol. 1:19). Dan melanjutkan dengan mengingatkan para pembacanya bahwa didalam Yesus “berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan Allah” (Kol. 2:9)

c. Surat Filemona

Surat ini merupakan surat yang bersamaan dengann surat Kolose. Paulus jugamengirim surat kepada Filemon, seorang anggota terkemuka jemaat tersebut. Rupanya ia sangat kaya, sebab orang Kristen secara tetap mengadakan pertemuan-pertemuan di rumahnya (ayat 2). Paulus tahu ia bertanggung jawab baik sebagai seorang warga negara maupun sebagai seorang Kristen untuk mengembalikan Onesimus kepada tuannya.

SURAT-SURAT TESALONIKA

Surat Tesalonika ini Paulus menulis guna memberikan mereka semangat menghadapi kesulitan-kesulitan serta bimbingan langsung mengenai masalah-masalah yang mereka hadapi seperti dalam menghadapi serangan-serangan oleh orang-orang Yahudi dan juga adanya kasus percabulan (1 Tes. 1:1-10).

a. Surat 1Tesalonika

Dalam surat 1 Tesalonika ini Paulus mulai dengan memuji para pembacanya karena kesetiaan mereka terhadap Injil. Paulus menceritakan bagaimana Kristus yang bangkit dan hidup itu telah mengubah hidupnya sama sekali, dan ia menantang mereka dengan kenyataan bahwa Kristus dapat melakukan hal yang sama bagi mereka melalui kuasa Roh Kudus. Semuanya itu mereka telah mendapat imbalan yang baik. Sebab orang-orang Tesalonika menerima firman Allah. Dalam jemaat seorang Kristen harus menghormati orang-orang yang bekerja di tengah-tengah mereka dan hidup selalu dalam hubungan damai seorang dengan yang lain. Dan juga berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada mereka juga hubungan mereka dengan Allah.

b. Surat 2 Tesalonika

Paulus menulis surat ini lain lagi dimana dia menulis surat ini untuk membantu mereka menyelesaikan masalah yang muncul karena beberapa orang Kristen Tesalonika menyalahartikan bagian-bagian tertentu dari suratnya yang pertama. Dalam suratnya yang singkat ini Paulus menjelaskan tiga pokok utama yakni:

· Jemaat dan musuh-musuhnya

· Jemaat dan masa depan

· Jemaat dan masyarakat

  1. Penulis

Dalam analisa Suirat 1&2 Tesalonika ini berasunsi bahwa penulisnya yaitu Paulus dan keduanya merupakan tanggapan atas masalah-masalah yang timbul menyusul suratnya yang pertama.

SURAT TIMOTIUS Dan TITUS

Surat-surat Pastoral ini yaitu 1&2 Timotius dan Titus sangat berbeda baik dari segi bahasa maupun isi dari dari surat-surat Paulus lainnya. Mereka menulis dengan maksud memberi nasihat kepada para pemimpin jemaat mula-mula. Baik Timotius dan Titus disebut di tempat lain sebagai teman-teman sekerja Paulus, walaupun mereka juga bekerja secara tersendiri: Titus di Kreta dan Timotius di Efesus.

a. Pokok-pokok utama

Ketiga surat ini sangaat mirip satu sama lain, dan mungkin sekali ditulis kira-kira pada waktu yang sama. Empat pokok utama dikupas didalamnya yaitu:

1) Guru-guru palsu

Timotius dan Titus menghadapi masala-masalah yang sama, dan sedang di bawah tekanan supaya meninggalkan berita Injil seperti yang disampaikan Paulus kepada mereka. Ajaran palsu ini terdiri dari berbagai unsur yang telah kita temukan sebelumnya. Hukum taurat pasti merupakan salah satu unsur, sebab beberapa perusuh dikenal sebagai “orang yang hidup tidak tertip, terutama di antara mereka yang berpegang pada hokum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran” (Tit. 1:10).

2) Iman sejati

Timotius dan Titus diajak agar mengiakan kembali unsur-unsur hakiki iman Kristen. Mereka harus terus menolak gagasan bahwa Allah tidak mempedulikan dunia, tempat kita hidup ini.

3) Perilaku Kristen

Beberapa nats menguraikan secara rinci bagaimana orang Kristen harus bertindak. Hubungan keluarga (1Tim. 6:1-2; Tit. 2:1-5), hubungan dalam jemaat (1 Tim. 5:1-6:2), dan sikap terhadap pemerintahan sekuler(Tit. 3:1-7) semuanya haru smencerminkan aspirasi terbaik bagi dunia purba, “agar Firman Allah jangan di hujat orang” (Tit. 2-5).

4) Kepemimpinan Kristen

Nasihat bagi Titus dan Timotius tentang perilaku mereka sendiri mereka harus menjadi teladan tentang perilaku yang baik bagi semua orang yang mereka layani (1Tim. 6:11-21; Tit. 1:5-9) dan juga mereka mempunyai keberanian untuk membela kebenaran (2 Tim. 2:1-26). Mereka harus juga yakin orang-orang yang mereka angkat untuk memegang jabatan pimpinan dalam jemaat-jemaat, dan mempunyai sifat-sifat yang sama, dan merupakan jenis orang yang dapat dikagumi orang lain (1 Tim. 3:1-13; 4:6-16).

b. Penulis

Surat ini tidak ditulis kepada jemaat-jemaat, melainkan kepada dua orang yang sedang bekerja diantara kelompok orang-orang Kristen mula-mula: Timotius di Efesus dan Titus di Kreta. Surat ini sangat mirip satu sama lain, tetapi sangat berbeda dari surat-surat Paulus lainnya. Perbedaan-perbedaan begitu mencolok sehingga banyak ahli dewasa ini mengatakan Paulus tidak mungkin menulis ketiga surat tersebut.

Dalam menimbang persoalan ini, empat pokok utama perlu diperhatikan tentang kegiatan Paulus:

  1. Paulus dibebaskan setelah pemenjaraan yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
  2. F.C. Baur mengemukakan pendapat surat-surat ini merupakan tulisan-tulisan dari abad kedua.
  3. Ahli-ahli lain yang menyadari kesulitan ini berpendapat bahwa walaupun surat-surat tersebut dalam bentuknya yang kita kenal sekarang ini, ditulis pada abad kedua oleh seseorang yang ingin menegakkan kembali kewenangan Paulus dalam jemaat, di dalamnya terkandung fragmen fragmen yang asli dari Paulus, seperti bagian yang kita kutib diatas. Dr. P.N. Harrisop mengemukakan bahwa lima fragmen tulisan asli Paulus dapat ditemukan dalam surat 2 Timotius dan Titus, dan bagian-bagian itu dimasukkan kedalam karyanya sendirioleh seorang penulis pada abad kedua. Banyak ahli modern menerima pandangan ini.

SURAT IBRANI

Penulis Surat Ibrani sangat yakin bahwa tidak ada artinya orang Kristen mengikuti tuntutan-tuntutan keagamaan hokum Taurat. Pemberitaan Yesus adalah sabda Allah yang terakhir bagi manusia. Bagaimana persinya pemikiran penulis surat ini mungkin tidak akan tertangkap oleh kita. Namun bagi dia inti pokok pembicaraan cukup sederhana: “kita mempunyai Imam Besar yang sedemikian, yangduduk disebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia” (Ibrani 8:1-2).

Semuanya ini merupakan bahan pengajaran yang berat. Tetapi penulis Surat Ibrani merasa yakin bahwa itu bukan sesuatu yang baru, sebab ia melanjutkan dengan mendaftarkan banyak saksi, yang diambil dari perjanjian lamadan sejarah Yahudi, yang dapat menguatkan apa-apa diutarakannya itu melalui pengalaman mereka dengan Allah (Ibrani 11:39-40).

Ø Penulis

Origenes, bapak gereja dari abad ketiga, menulis mengenai surat ini, “hanya Allah yang mengetahui siapa sebenarnya penulis surat ini” (Eusebius, Histori 6.25.14). berbagai tanggal telah dikemukakan, berkisar dari awal tahun 60-an M samp[ai pada akhir abad pertama.

Ø Penerima

Surat Ibrani memberi kesan tidak dialamatkan kepada suatu jemaat secara keseluruhan, melainkan kepada satu kelompok dalam jemaat. Anggota-anggota kelompok itu dikecam karena mereka belum mewujudkan potensi yang diberikan Allah untuk menjadi guru – suatu jabatan yang tidaka diharapkan oleh setiap orang Kristen (Ibrani 5:12-14).Para penerima tinggal di Italia, yaitu dikota Roma. Hal itu jelas dari Ibrani 13:24.

SURAT YAKOBUS

Surat Yakobus menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Yakobus mengambil banyak ilustrasi dari dunia Palestina. Ia mengutuk keserakahan majikan yang tidak mau membayar upah yang wajar kepada buruhnya (Yak. 5:1-6). Surat Yakobus bukan merupakan sajian sistematis, sama seperti khotbah di bukit tidak mempunyai suatu tema yang tetap (Mat. 5-7).

  1. Penulis

Dalam Perjanjian Baru hanya ada dua orang bernama Yakobus yang mungkin mennulis surat ini, yakni Yakobus murid Yesus dan saudara Yohanes, serta Yakobus saudara Yesus. Dari kedua orang ini, kebanyakan ahli memilih Yakobus saudara Yesus, dengan alasan bahwa Yakobus murid Yesus mati syahid pada tahun 44M (Kis. 12:1-3).

  1. Waktu Kepenulisan

sejumlah fakta memberi kesan kuat bahwa surat ini ditulis pada masa awal kehidupan jemaat, dan bukan pada masa berikutnya

SURAT 1 PETRUS

1 Petrus menyampaikan keyakinan yang kuat bahwa orang-orang Kristen sekarang merupakan pengganti-pengganti sejati dari umat Allah pada zaman Perjanjian Lama (1 Pet. 2:9-10).

  1. Penulis

Surat 1 Petrus dikenal dengan bak dan dibaca secara luas di jemaat mula-mula. Surat 1 Clemens mengacu padanya (tahun 96 M), begitu juga Polycarpus (tahun 70-155 M), sedangkan Ireneus menyatakan pada akhir abad kedua bahwa surat tersebut ditulis oleh rasul Petrus sendiri. Surat ini ditulis pada tahap-tahap awal penganiayaan oleh Nero terhadap orang Kristen.

  1. Penerima

Petrus melanjutkan dengannmengingat para pembacanya bahwa sebagai umat Allah mereka mempunyai patokan moral yang lain daripada orang bukan Kristen dan surat in ditunjukkan kepada orang Kristen yaitu mereka sebagai pendatang dan perantau ditengah-tengah dunia ini (1 Pet. 2:11).

SURAT-SURAT YOHANES

Penulis surat 1Yohanes memberitahhukan mengapa suratini ditulis: “semuanya itu kutilsakan kepada kamu, supaya kamu ya gpercaya kepada nama Allah, tahu bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yoh. 5:13). Surat 1 Yohanes ini ditulis kepada orang-orang yang sudah Kristen.

  1. Para penyesat

Orang yang berpandangan serupa juga disebut dalam 2 Timotius 2:17-18. Surat 1 Yohanes memang tidak menngatakan bawha guru-guru palsu ini percaya kebangkitan telah datang dalam pengalaman mistik mereka,tetapi mungkin sekalli mereka berpegang pada pandangan itu.

  1. Dosetisme

Dalam surat 1 Yohanes ada unsure baru. “ Nabi-nabi palsu” yangdisebut di sini mempunyai pengertian yang khusus tentang pribadi Yesus sendiri. Jelas dari apa yang dikatakan olehnya, lawan-lawan Yohanes mennyangkal Yesus sebagai mesias dan Anak Allah (1 Yoh. 1:22-23; 4:2,15; 5:1-5,10-12). Beberapa ahli menganggap Surat 1 Yohanes sebagai jawaban langsung terhadap Cerinthus sendiri. Dia mengatakan “zat ilahi” atau “Kristus” datang kepada manusia Yesus pada waktu baptisan-Nya dan meninggalkan-Nya sebelum penyaliban, dan Surat 1 Yohanes mengandung satu pernyataan yan gdapat dianggap sebagai jawaban terhadap hal itu (1 Yoh. 5:6).

  1. Pemberitaan Surat 1 Yohanes

Penulis Surat 1 Yohanes jelas-jelas tidak menyetujui pandangan orang-orang seperti itu. Ia mengutuki kepercayaan mereka dan menentang kebiasaan mereka dalam setiap bagian suratnya. Ia sepenuhnya menyadari tekanan yang mereka lakukan terhadapa jemaat, dan dia berusaha sungguh-sungguh meyakinkan jemaat bahwa merekalah, dan bukan para penyesat, yang memegang kebenaran.

  1. Ketiga surat Yohanes

Surat 1 Yohanes lepas dari surat-surat Yohanes lainnya dan Injil Yohanes. Surat 2 dan 3 Yohanes berkaitan erat dengan 1 Yohanes, walaupun ketiganya memiliki literature yang berbeda. Berbeda dengan Surat 1 Yohanes, dua surat lainnya merupakan surat-surat pribadi yang singkat. Yang satu dialamatkan kepapda jemaat dan yan glainya kepada seseorang yang bernama Gayus. Penulis menyebut dirinya sebagai penatua.

Dalam surat 2 Yohanes ia memperingatkan para peembacanya supaya waspada terhadap guru-gur penyesat “yang tidak mengaku, bahwa Yesus Ksristus telah datang sebagai manusia” (2 Yoh. 7:11). Dan banyak ahli bahwa surat 2 Yohanes ditulis sebelum 1 Yohanes. Sebab dalam surat 1 Yohanes para penyesat telah dikucilkan dari jemaat (1 Yoh. 2:19). Surat 3 Yohanes memberi nasehat kepada Gayus tentang seseorang bernama Diotrefes yang berusaha menjadi pemimpin jemaat. Kemungkinan besar Surat 3 Yohanes mencerminkan suatu tahap di mana pola-pola baru kepemimpinan jemaat mulai muncul.

SURAT YUDAS dan 2 PETRUS

Pengaruh guru-guru palsu juga merupakan pokok dari dua surat yang paling kurang dikenal dalam Perjanjian Baru: Surat Yudas dan 2 Petrus. Kedua Surat ini jelas harus dikelompokkan bersama, sebab hamper seluruh Surat Yudas (dalam bentuk yang sedikit diubah) terkandung dalam Surat 2 Petrus. Selain itu, kedua surat tersebut tidak memberikan keterangan tentang identitas para pembaca pertamanya.

  1. Ajaran sesat

Cara Surat Yudas dan 2 Petrus menentang guru-guru palsu memberi kesan bahwa keduanya berasal dari keadaan yang sangat mirip dengan keadaan yang ditemukan dalam bagian awal Kitab Wahyu. Istilah gnosis (‘pengetahuan’)tidak benar-benar disebut, melainkan mereka digambarkan sebagai psukhikoi (‘dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan dunia ini; Yud. 19’), dan ini adalah istilah teknis yan gdigunakan oleh kaum Gnostik.

Surat 2 Petrus juga memberi kesan bahwa orang-orang itu menyangkal kedatangan Yesus pada masa depan (2 Pet. 3:1-18). Dan Surat Yudas tidak menguraikan kepercayaan para penyesat itu dengan begitu rinci.

  1. Penulisan

Baik Surat Yudas maupun Surat 2 Petrus tidak mengandung informasi sedikitpun yang dapat mengaitkan keduanya dengan peristiwa-peristiwa atau orang-orang secara khusus dalam jemaat mula-mula. Kita hanya dapat mengerti latar belakangnya dengan berusaha mencocokkannya dengan apa yang kita ketahui tentang perkembangan jemaat-jemaat mula-mula pada umumnya. Dua indikasi memberi kesan bahwa kedua surat ini berasal dari akhir zaman Perjanjian Baru, dan bukan dari zaman para rasul sendiri.

§ Berbeda dengan Paulus (dan surat 1 Yohanes), Surat Yudas tidak berdebat dengan para lawannya

§ Yudas 17 juga memberi isyarat tentang suatu waktu setelah zaman para rasul, ketika penulis berbicara tentang “apa yang dahulu telah dikatakan kepada kamu oleh rasul-rasul Tuhan kita, Yesus Kristus”.

  1. Akhir kata

Perjanjian Baru meringkaskan keyakinan mereka yang paling kokoh dalam ungkapan yang termasuk di antara yang paling mengharukan dalam seluruh Alkitab: Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruslamat kita oleh Yesus Kristus Tuhan kita.

KITAB WAHYU

  1. Kitab-kitab apokaliptik

Pada masa antara tahun 100sM-100 M, banyak penulis Yahudi mengemukakan pemecahan terhadapa masalah-masalah tersebut. Penulis telah mengemukakan hal ini di dalam pembahasan pengajaran Yesus. Kitab-kitab tersebut memiliki sejumlah ciri-ciri khusus.

· Kitab-kitab apokaliptik hampir selalu bersikap pesimis tentang dunia dan sejarahnya.

· Perhatian para penulis apokaliptik terhadap dunia surgawi menyebabkan penekanan terhadap hal-hal seperti mimpi, penglihatan, dan pemberitaan malaikat-malaikat.

· Bersamaan dengan itu, mereka memakai suatu bentuk sastra yang khusus.

· Kitab-kitab apokaliptik biasanya ditulis dengan memakai nama seorang tokoh besar dari masa lampau seperti Nama Henokh, Nuh, Adam, Musa, Ezra dan berbagai tokoh Perjanjian Lama dipakai dalam penulisan karya-karya apokaliptik.

  1. Kitab Wahyu dan apokaliptik

Jika kita meninjau Kitab Wahyu secqara sekasama,jelas terlihat bahwapenulisannya berpegang pada penekanan kristiani yang positif tentang keterlibatan Allah dalam urusan-urusan manusia. Walaupun bahasa dan gambar-gambar yang digunakannya berbentuk apokaliptik, pemberitaannya mempunyai penekanan yang sifatnya khusus kristiani.

Ø Berbeda dengan kitab apokaliptik lainnya, Kitab Wahyu menyebut baik penulis maupun pembacanya

Ø Kitab Wahyu mirip dengan tulisan-tulisan Yahudi dan Yohanes selalu dikaitkan secara erat dengan pengalaman tentang kehidupan dalam jemaat

Ø Kitab Wahyu mengharapkan campur tangan Allah pada masa depan dalam urusan-urusan dunia ini.

Para penulis apokaliptik menolak pandangan itu, sebab mereka tidak menemukan artinya dalam pengalaman mereka saat itu. Oleh sebab itu Kitab Wahyu tidak mengikuti begitu saja pola kitab-kitab apokaliptik Yahudi, melainkan menyajikan suatu penjelasan Kristen yang khusus dan positif mengenai kehadiran kejahatan dalam kehidupa manusia.

  1. Penulisan

Sebagaimana kita ketahui, bahwa penulis Kitab Wahyu adalah seseorang yang bernama Yohanes. Yustinus Martir menyatakan bahwa Yohanes inilah “”salah seorang Rasul Kristus.

  1. Pemberitaan Kiatb Wahyu

Yohanes mengatakan bahwa isi surat telah diberikan kepadanya dalam suatu penglhatan, sama seperti sisa kitabnya. Telah banyak usaha dilakukan untuk menyusun penglihatan-penglihatan dalamkitab wahyu ke dalam semacam ringkasan garis besar. Salah satu usul yang paling menarik dikemukakan oleh ahli Jerman, Ernst Lohmeyer. Menurut dia, kecuali bagian awal dan akhir, seluruh kitab disusun dengan pola tujuh bagian besar, masing-masing dengan angka tujuh di dalamnya.

Ø Tujuh meterai (Wah. 6:1-8:1);

Ø Tujuh sangkakala (Wah. 8:2-11:19);

Ø Tujuh penglihatan tentang ular naga dan kerajaan (Wah. 12-13);

Ø Tujuh penglihatan tentang Anak Domba Allah (Wah. 14);

Ø Tujuh cawan murka Allah terhadap kejahatan (Wah. 15-1);

Ø Tujuh penglihatan tentang jatuhnya “Babel” (Wah. 17-19:10);

Ø Tujuh penglihatan tentang akhir zaman (Wah. 19:11-21:4).

Penglihatan-penglihatan ini menggambarkan secara sangat mengesankan bagaimana Allah pada akhirnya akan mengalahkan kuasa jahat.jdjgdfjg